TATA CARA MAPPACCI SERTA MAKNA ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
Posted by AndiEwha
Upacara adat mappacci
dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang acara akad nikah/ijab kabul
keesokan harinya. Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat Bugis yang
dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar (Lawsania alba), atau Pacci.
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya dilakukan dulu dengan mappanré temme
(khatam Al-Quran) dan barazanji. Daun pacci ini dikaitkan dengan kata paccing
yang makananya adalah
kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa.
kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa.
Mappacci iyanaritu
gau’ ripakkéonroi nallari ade’, mancaji gau’ mabbiasa, tampu’ sennu-sennuang,
ri nia’ akkatta madécéng mammuaréi naiyya nalétéi pammasé Déwata Séuwaé.
Adapun urutan dan tata
cara mappacci adalah sebagai berikut: Sebelum acara mappacci dimulai, biasanya
dilakukan padduppa (penjemputan) mempelai. Calon mempelai dipersilakan oleh
Protokol atau juru bicara keluarga:
a. Patarakkai mai bélo tudangen
b. Naripatudang siapi siata
c. Taué silélé uttu patudangeng
d. Padattudang mappacci siléo-leo
e. Riwenni tudang mpenni kuaritu
f. Paccingi sia datu bélo tudangeng
g. Ripatajang mai bottinngngé
h. Naripattéru cokkong ri lamming lakko ulaweng
Ungkapan ini berarti:
Calon mempelai
dipersilakan menuju pelaminan. Pelaminan di sisi para pendamping. Duduk saling
berdekatan satu sama lain. Mereka duduk bersuka ria di malam tudampenni,
mappacci pada sang raja/ratu mempelai nan rupawan. Tuntunlah dan bimbinglah
sang raja/ratu menuju pelaminan yang bertahtakan emas.
Dalam pelaksanaan
mappacci disiapkan perlengkapan yang kesemuanya mengandung arti makna simbolis
seperti:
1) Pelaksanaan
Orang-orang yang diminta untuk meletakkan
pacci pada calon mempelai biasanya adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan
sosial yang baik dan punya kehidupan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semua
ini mengandung makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup
bahagia seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya.
Jumlah orang yang meletakkan pacci ke tangan
calon mempelai adalah biasanya disesuaikan dengan stratifikasi sosial calon
mempelai itu sendiri. Untuk golongan bangsawan tertinggi jumlahnya 2 x 9 orang
atau dalam istilah Bugis “duakkaséra”. Untuk golongan bangsawan menengah
sebanyak 2 x 7 orang atau “duappitu”. Sedangkan untuk golongan di bawahnya bisa
1 x 9 atau 1 x 7 orang.
Cara memberi pacci kepada calon mempelai
adalah sebagai berikut:
a) Diambil sedikit daun pacci yang telah
dihaluskan (telah dibentuk bulat supaya praktis), lalu diletakkan daun dan
diusap ke tangan calon mempelai.
b) Pertama ke telapak tangan kanan, kemudian
telapak tangan kiri, lalu disertai dengan doa semoga calon mempelai kelak dapat
hidup dengan bahagia.
c) Kemudian kepada orang yang telah memberikan
pacci diserahkan rokok sebagai penghormatan. Dahulu disuguhi sirih yang telah
dilipat-lipat lengkap dengan segala isinya. Tetapi karena sekarang ini sudah
jarang orang yang memakan sirih maka diganti dengan rokok.
d) Sekali-kali indo’ botting menghamburkan wenno
kepada calon memepelai atau mereka yang meletakkan daunpacar tadi dapat pula
menghamburkan wenno yang disertai dengan doa.
e) Biasanya upacara mappacci didahului dengan
pembacaan Barzanji sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT dan sanjungan
kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas nikmat Islam.
f) Setelah semua selesai meletakkan pacci ke
telapak tangan calon mempelai maka tamu-tamu disuguhi dengan kue-kue
tradisional yang diletakkan dalam bosara.
2) Makna Alat yang Digunakan
Upacara mappacci
menggunakan 6 (enam) macam alat perlengkapan yang terdiri
dari; bantal, sarung 4 lembar, daun pisang, daun
nangka, daun pacci, dansuluh atau lilin. Keenam alat
perlengkapan tersebut masing-masing mengandung makna filosofi, yakni:
a) Bantal adalah simbol sipakatau
atau saling menghargai, itu tergambar dari fungsinya
sebagai pengalas kepala saat tidur. Kepala merupakan bagian tubuh yang paling
mulia dan dihargai. Begitu pula, sosok manusia baru dapat dikenal bilamana
dilihat wajahnya, dan wajah adalah bagian dari kepala.
b) Sarung merupakan simbol mabbulo sipeppa atau
persatuan, itu tergambar jalinan dan kumpulan lembaran benang yang disatukan
kemudian diolah dan ditenun. Sarung sebagai simbol persatuan dan penutup aurat.
Penggunaan empat lembar sarung yang disusun dalam suatu lingkaran mengandung
makna kesiapan calon mempelai memasuki kehidupan berumah tangga dengan terlebih
dahulu membersihkan 4 hal, yaitu mapaccing ati artinya bersih
hati,mapaccing nawa-nawa artinya bersih fikiran, mapaccing
pangkaukeng artinya bersih/baik tingkah laku, dan mapaccing
ateka artinya bersih tekad.
c) Daun pisang. Pisang adalah simbol serbaguna karena seluruh bagian dari
pohon pisang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Pisang merupakan tanaman
produktif karena sekali kita menanam pisang, akan tumbuh dan berkembang, patah
tumbuh hilang berganti. Sama halnya dengan manusia hidup dan berkembang dari
generasi ke generasi melalui perkawinan.
d) Daun nangka. Nangka adalah simbol cita-cita, dalam bahasa Bugis disebut ‘panasa’
yang mengandung makna mamminasa, yang memiliki arti tekad dan
cita-cita.
e) Daun pacci/pacar adalah simbol kebersihan atau kesucian
karena daun pacci itu digunakan sebagai pemerah kuku atau penghias kuku, belo-belo
kanuku. Sebagaimana yang tercantum dalam pantun Bugis tadi yang berbunyi “DUA
MI UWALA SAPPO, BELO NA KANUKUE, UNGANNA PANASAE”. Terjemahan bebasnya :
hanya dua kujadikan perisaiku yaitu pacci (kesucian) dan lempu’(kejujuran).
Peribahasa ini berlaku bukan hanya dalam hal pernikahan, tetapi hadir dalam
setiap dimensi kehidupan masyarakat Bugis.
f) Lilin adalah simbol penerangan dan pengabdian; digunakan sewaktu
gelap sebagai penerang dan sebagai simbol pengabdian terhadap keluarga,
masyarakat, agama, bangsa, dan negara.