Raja Bone Ke-33 La Pabbenteng
Posted by AndiEwha
Silsilah
La Pabbenteng adalah
anak dari Baso Pagilingi Abdul Hamid, Petta Ponggawa Bone yang gugur dalam
pertempuran melawan Belanda di Bulu Awo perbatasan Siwa dengan Tanah Toraja
dengan isterinya We Cenra Arung Cinnong. Sedangkan Baso Pagilingi Ponggawa Bone
adalah anak dari La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Jakarta, Arumpone ke 31.
Masa Pemerintahan
La Pabbenteng Petta
Lawa Arung Macege menjadi Mangkau’ di Bone yang diangkat oleh NICA (Nederland
Indiche Civil Administration), suatu organisasi baru yang dibentuk oleh Belanda
dan sekutunya yang bertujuan untuk berkuasa kembali di Indonesia. Padahal
Bangsa Indonesia telah memperoklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945 oleh Sukarno-Hatta.
Setelah La Mappanyukki
berhenti menjadi mangkau’ di Bone, maka tidak ada lagi putra mahkota yang dapat
menggantikannya kecuali La Pabbenteng Petta Lawa Arung Macege. Oleh karena itu,
NICA mengangkatnya menjadi Arumpone atas persetujuan anggota Ade’ Pitu-E Bone
menggantikan La Mappanyukki Datu Malolo ri Suppa.
Sebelum diangkat
menjadi Mangkau di Bone, La Pabbenteng memang selalu dekat dengan NICA dan
selalu bersama-sama apabila NICA bepergian. Oleh karena itu dia diberi pangkat
kemiliteran yaitu Kapten Tituler. Setelah diangkat menjadi Mangkau’ Bone,
pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel Tituler.
Pada waktu La
Mappanyukki akan diangkat menjadi Mangkau’ di Bone, salah seorang anggota Hadat
Tujuh Bone yang menolaknya adalah La Pabbenteng Arung Macege. Karena menurutnya
dia lebih berhak untuk menduduki akkarungengE ri Bone sebab dialah yang paling
dekat dengan La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Jakarta. Akan tetapi sebelum
Perang Dunia II La Pabbenteng memperbuat kesalahan di Bone yaitu membunuh
sepupunya yang bernama Daeng Patobo. Oleh karena itu, Gubernur Belanda bersama
Hadat Tujuh Bone memutuskan untuk mengasingkan La Pabbenteng. Setelah datang
Jepang, barulah La Pabbenteng kembali dari pengasingannya.
Ketika ia diasingkan,
kedudukannya sebagai Arung Macege digantikan oleh La Pangerang Daeng Rani anak
La Mappanyukki Datu Malolo ri Suppa Arumpone ke 32. Kedudukan itu berakhir
setelah diasingkan oleh NICA ke Tanah Toraja bersama ayahnya La Mappanyukki
karena pernyataannya yang tetap berdiri dibelakang Republik Indonesia yang diproklamirkan
oleh Sukarno Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat La
Pabbenteng menjadi Arumpone ia melengkapi perangkat pemerintahannya dengan
mengangkat To Marilaleng La Maddussila Daeng Paraga menjadi MakkedangE Tanah.
Selanjutnya La Sulo Lipu Sulewatang Lamuru diangkat menjadi To Marilaleng
menggantikan La Maddussila Daeng Paraga.
La Pabbenteng kawin di
Sidenreng dengan We Dala Uleng Petta Baranti, anak dari We Bunga dengan
suaminya yang bernama La Pajung Tellu Latte Sidenreng. Cucu langsung Addatuang
Sidenreng dari ibunya dan cucu langsung Arung Rappeng Addatuang Sawitto dari
ayahnya.
Arumpone La Pabbenteng
kemudian diperintahkan oleh NICA untuk mempersatukan arung-arung (raja-raja) di
Celebes Selatan untuk membentuk organisasi yang bernama Hadat Tinggi.
Organisasi ini diketuai sendiri oleh Arumpone La Pabbenteng dan wakilnya adalah
La Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang. Hadat Tinggi itulah yang ditempati
oleh Gubernur NICA untuk melaksanakan pemerintahannya di Celebes Selatan.
Pada masa pemerintahan
La Pabbenteng di Bone, NICA mengadakan Komperensi Malino yang diprakarsai oleh
Lt.G.Dj.Dr.H.J.van Mook, sekaligus sebagai pimpinan. Komperensi itu dihadiri
oleh wakil-wakil dari Celebes, Sunda Kecil dan Maluku yang bertujuan membentuk
suatu negara dalam negara Republik Indonesia yaitu Negara Indonesia Timur
(NIT).
Pada tanggal 12
November 1948, Gubernur NICA di Ujungpandang menyerahkan kepada Arumpone La
Pabbenteng untuk menjadi Ketua Hadat Tinggi dan memasukkan sebagai satu
bahagian dari Negara Indonesia Timur. Namun bentukan NICA itu tidak berumur
panjang, sebab pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan
Republik Indonesia kepada Bangsa Indonesia. Selanjutnya terbentuklah Republik
Indonesia Serikat dan bubar pulalah Hadat Tinggi bentukan NICA.
Dalam tahun 1950 La
Pabbenteng mengundurkan diri sebagai Arumpone, dia berangkat ke Jawa bersama
isterinya. Begitu pula anggota Hadat Bone, semua meninggalkan kedudukannya
sebagai anggota Hadat Bone.
Sebelum Menjadi Raja
Foto : Duduk di dalam
mobil adalah Andi Pabbenteng Dg. Palawa. Ketika itu menjabat Arung Macege
(Anggota Adat Tujuh Kerajaan Bone). Berdiri paling ujung kanan ( dengan setelan
jas putih kopiah hitam adalah Moehammad Noer Hamid Dg. Massuro (Puang Suro)
adalah sekretaris Arung Macege. Petta Lawa menjadi Raja Bone (946-1950)