TATA CARA PERNIKAHAN ADAT BUGIS
Posted by AndiEwha
Sebagai orang Indonesia, adat
dan budaya punya peranan besar dalam keseharian kita. Karena itu wajar jika
pada hari pernikahan, yang bisa dikatakan hari terbesar dalam kehidupan
seseorang, kita menginkorporasikan adat dan budaya suku kita. Namun rangkaian
acara pernikahan adat yang sering kali panjang dan memakan waktu lama, kadang
membuat pernikahan tradisional terkesan rumit, sehingga banyak calon pengantin
yang memilih mengadakan pernikahan secara modern. Padahal menjalani pernikahan
tradisional dengan ritual-ritual yang turun temurun dilakukan keluarga kamu
tentunya membawa kepuasan tersendiri. Buat kalian yang berencana mengadakan
pernikahan adat, simak baik-baik ya, karena kali ini The Bride Dept akan
menjelaskan tentang tata cara pernikahan menurut adat Bugis.
Prosesi pernikahan adat adalah
suatu hal yang sakral, setiap tahapan dan ritual yang dijalani mengandung makna
dan doa yang berbeda. Di dalam adat suku Bugis, upacara pernikahan terdiri dari
tahapan-tahapan berikut:
1. Mappasau Botting
& Cemme Passih
Setelah menyebarkan undangan
pernikahan, mappasau botting,
yang berarti merawat pengantin, adalah ritual awal dalam upacara pernikahan.
Acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut sebelum hari H. Selama
tiga hari tersebut pengantin menjalani perawatan tradisional seperti mandi uap
dan menggunakan bedak hitam dari campuran beras ketan, asam jawa dan jeruk
nipis. Cemme Passih sendiri merupakan mandi tolak balak
yang dilakukan untuk meminta perlindungan Tuhan dari bahaya. Upacara ini
umumnya dilakukan pada pagi hari, sehari sebelum hari H.
2. Mappanre Temme
Karena mayoritas suku Bugis
memeluk agama Islam, pada sore hari sehari sebelum hari pernikahan, diadakan
acara mappanre temme atau khatam Al-Quran dan pembacaan
barzanji yang dipimpin oleh seorang imam.
3. Mappacci /
Tudammpenni
Malam menjelang pernikahan,
calon pengantin melakukan kegiatan mappaci / tudammpenni. Proses ini
bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan kedua pengantin dari hal-hal yang
tidak baik. Dimulai dengan penjemputan kedua mempelai, yang kemudian duduk di
pelaminan, setelah itu di depan mereka disusun perlengkapan-perlengkapan
berikut; sebuah bantal sebagai simbol penghormatan, tujuh sarung sutera sebagai
simbol harga diri, selembar pucuk daun pisang sebagai simbol kehidupan yang
berkesinambungan, tujuh sampai sembilan daun nangka sebagai simbol harapan,
sepiring wenno (padi yang sangrai) sebagai simbol perkembangan baik, sebatang
lilin yang menyala sebagai simbol penerangan, daun pacar halus sebagai simbol
kebersihan dan bekkeng (tempat logam untuk daun pacci) sebagai simbol persatuan
pengantin. Setelah perlengkapan-perlengkapan tersebut ditaruh, satu persatu
kerabat dan tamu akan mengusapkan pacci ke telapak tangan pengantin.
4. Mappenre Botting
Mappenre botting berarti mengantar mempelai pria ke rumah
mempelai wanita. Mempelai pria diantar oleh iring-iringan tanpa kehadiran orang
tuanya. Iring-iringan tersebut biasanya terdiri dari indo botting (inang pengantin) dan passepi (pendamping mempelai).
5. Madduppa Botting
Setelah mappenre botting, dilakukan madduppa botting atau penyambutan kedatangan mempelai
pria. Penyambutan ini biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (satu remaja
wanita dan satu remaja pria), dua orang pakkusu-kusu (wanita yang sudah menikah), dua orang pallipa sabbe(orang tua pria
dan wanita setengah baya sebagai wakil orang tua mempelai wanita) dan seorang
wanita penebar wenno.
6. Mappasikarawa /
Mappasiluka
Setelah akad nikah, mempelai
pria dituntun menuju kamar mempelai wanita untuk melakukan sentuhan pertama.
Bagi suku Bugis, sentuhan pertama mempelai pria memegang peran penting dalam
keberhasilan kehidupan rumah tangga pengantin.
7. Marola / Mapparola
Pada tahapan ini, mempelai
wanita melakukan kunjungan balasan ke rumah mempelai pria. Bersama dengan
iring-iringannnya, pengantin wanita membawa sarung tenun sebagai hadiah
pernikahan untuk keluarga suami.
8. Mallukka Botting
Dalam prosesi ini, kedua
pengantin menanggalkan busana pengantin mereka. Setelah itu pengantin pria
umumnya mengenakan celana panjang hitam, kemeja panjang putih dan kopiah,
sementara pengantin wanita menggunakan rok atau celana panjang, kebaya dan
kerudung. Kemudian pengantin pria dililitkan tubuhnya dnegan tujuh lembar kain
sutera yang kemudian dilepas satu persatu.
9. Ziarah
Sehari setelah hari pernikahan
berlangsun, kedua pengantin, bersama dengan keluarga pengantin wanita melakukan
ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk penghotmatan dan syukur
atas penikahan yang telah berlangsung lancar.
10. Massita Beseng
Sebagai penutup rangkaian acara
pernikahan, kedua keluarga pengantin bertemu di rumah pengantin wanita.
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun tali silaturahmi antara kedua keluarga