Raja Bone Ke-14 La Tenri Waji To Senrima
Posted by AndiEwha
La Tenri Aji To
Senrima menggantikan saudaranya La Maddaremmeng MatinroE ri Bukaka menjadi
Mangkau’ di Bone. Dialah yang melanjutkan perlawanan Bone terhadap Gowa, namun
kenyataannya Bone kembali mengalami kekalahan. Karena pada perang ini, Gowa
ternyata dibantu oleh Luwu dan Wajo. Pertahanan terakhir Arumpone La Tenri Aji
To Senrima adalah Pasempe, sehingga dikatakan Beta Pasempe (Kekalahan di
Pasempe).
Sejak kekalahan di
Pasempe, Bone menjadi milik Gowa, Luwu dan Wajo. Wilayahnya dibagi tiga,
sebahagian diambil oleh Gowa, sebahagian diambil Luwu dan sebahagian diambil
oleh Wajo. Ditawanlah semua anak bangsawan Bone, termasuk La Pottobune’ bersama
isteri dan anak-anaknya. Selebihnya diberikan kepada Luwu dan Wajo. Adapun yang
menjadi milik Wajo tetap berada di Bone, sebab Wajo masih ingat perjanjian yang
telah disepakati oleh Arung terdahulu, yaitu ”Yang rebah akan ditopang, yang
hanyut akan diraih” sebagaimana isi LamumpatuE ri Timurung yang telah dilakukan
oleh TellumpoccoE (Bone, Soppeng dan Wajo).
Arung Matowa Wajo yang
bernama La Makkaraka mengatakan ; ”Bahagian Wajo yang pergi ke Gowa, adalah
milik Gowa, bahagian Luwu yang pergi ke Wajo, tetap milik Luwu. Kemudian
bahagian Wajo yang masih tinggal di Bone, tetap milik Bone. Kecuali dia sendiri
yang datang ke Wajo, barulah milik Wajo”. Permintaan ini akhirnya disetujui
oleh KaraengE ri Gowa dan Datu Luwu.
Ketika La Tenri Aji To
Senrima ditangkap dan dibawa ke Gowa, diikutkanlah semua anak bangsawan Bone
lainnya. Setelah itu Bone dibakar oleh orang Gowa, menjadilah Bone sebagai
wilayah jajahan Gowa dan seluruh rakyatnya dijadikan hamba. Sementara La Tenri
Aji To Senrima di tempatkan di Siang, sedangkan anak bangsawan lainnya
dibagi-bagi kepada anggota Hadat Gowa (Bate SalapangE) untuk dijadikan hamba
dan sebagainya.
Diantara anak
bangsawan yang ditawan oleh Gowa, terdapat juga La Pottobune’ Arung Tanatengnga
bersama isteri dan anak-anaknya. Sebab yang tidak tertawan oleh Gowa hanyalah
anak kecil, orang tua lanjut umur, kecuali atas permintaan orang tuanya.
La Pottobune’ Arung
Tanatengnga, isteri dan anak-anaknya tinggal di rumah KaraengE. Ketika itu La
Tenri Tatta baru berusia 11 tahun. Karena dia seorang anak yang cerdas,
sehingga banyak yang menyukainya. Oleh karena itu, semua anggota Bate SalapangE
pernah ditempatinya.
Karena La Tenri Aji To
Senrima diasingkan ke Siang, maka KaraengE ri Gowa menyuruh kepada orang Bone
untuk mencari Arung (Mangkau’). Tetapi orang Bone tidak berani lagi menunjuk
seorang Mangkau’, sehingga orang Bone menyerahkan sepenuhnya kepada KaraengE ri
Gowa. Oleh karena itu, KaraengE ri Gowa menunjuk Karaeng Summana untuk
melaksanakan pemerintahan di Bone.
Tetapi karena Karaeng
Summana tidak bisa menghadapi orang Bone yang kelihatannya tetap berusaha
menghalang-halangi segala langkahnya, maka kembalilah Karaeng Summana ke Gowa.
Kepada KaraengE ri Gowa, Karaeng Summana melaporkan ketidak mampuannya
menghadapi orang Bone. Oleh karena itu terjadilah kevakuman pemerintahan di Bone
saat itu.
La Tenri Aji To
Senrima meninggal dunia di Siang, sehingga dinamakan MatinroE ri Siang. Menurut
catatan lontara’ dia hanya mempunyai seorang anak yang bernama La Pabbele
MatinroE ri Batubatu. Inilah yang melahirkan Daeng Manessa Arung Kading.
Selama beberapa waktu
tidak ada pengganti La Tenri Aji To Senrima MatinroE ri Siang sebagai Arumpone.
Orang Bone dan segenap anggota Hadatpun sudah tidak mau menunjuk seorang
Mangkau’. Sementara KaraengE ri Gowa juga ragu untuk mengangkat seorang Arung kalau
bukan yang diinginkan oleh orang Bone.
Oleh karena itu,
KaraengE ri Gowa hanya menunjuk seorang jennang (pelaksana) yang memiliki
wewenang sebagai pengganti Mangkau’ di Bone.