Raja Bone Ke-2 La Ummasa Petta Panre Bessie
Posted by AndiEwha
Dialah yang
menggantikan La Ubbi ManurungE ri Matajang sebagai Mangkau’ di Bone. Setelah La
Ummasa meninggal maka digelarlah To Mulaiye Panreng (orang yang mula-mula
dikuburkan). Mangkau’ ini hanya dinaungi dengan kaliyao (tameng) kalau dia
bepergian untuk melindungi dari teriknya matahari. Hal ini dilakukan karena
tidak ada lagi payung di Bone.
La Ummasa digelar pula
Petta Panre BessiE (pandai besi) karena dialah yang mula-mula menciptakan
alat-alat dari besi di Bone. Di samping itu La Ummasa sangat dicintai oleh
rakyatnya karena memiliki berbagai kelebihan seperti ; daya ingatnya tajam,
penuh perhatian, jujur, adil dan bijaksana.
Saudara perempuannya
yang bernama We Pattanra Wanuwa kawin dengan Arung Palakka yang bernama La
Pattikkeng. Konon La Ummasa pernah bermusuhan dengan iparnya selama tiga bulan
dan tidak ada yang kalah. Akhirnya berdamai kembali dan keduanya menyadari
bahwa permusuhan tidak akan membawa keuntungan. Untuk memperluas wilayah
pemerintahannya, La Ummasa menaklukkan wilayah-wilayah sekitarnya, seperti ;
Anro Biring, Majang, Biru, Maloi dan Cellu.
La Ummasa tidak
memiliki putra mahkota yang kelak bisa menggantikan kedudukannya sebagai
Mangkau’ di Bone. Dia hanya memiliki anak perempuan,To Suwalle dan To Sulewakka
dari isterinya yang berasal dari orang biasa atau bukan turunan bangsawan. Oleh
karena itu, setelah dia tahu bahwa We Pattanra Wanuwa akan melahirkan, La
Ummasa menyuruh anaknya pergi ke Palakka ke rumah saudaranya We Pattanra Wanuwa
yang diperisterikan oleh Arung Palakka yang bernama La Pattikkeng.
Kepada anaknya To
Suwalle dan To Sulewakka, La Ummasa berpesan ; ”Kalau Puammu telah melahirkan,
maka ambil anak itu dan bawa secepatnya kemari. Nanti di sini baru dipotong
ari-arinya dan ditanam tembuninya”.
Tidak berapa lama
setelah To Suwalle dan To Sulewakka tiba di istana We Pattanra Wanuwa, lahirlah
anak laki-laki yang sehat dan memiliki rambut yang tegak ke atas (Bugis :
karang) sehingga dinamakan Karampeluwa. Ketika anaknya dibawa ke Bone, Arung
Palakka tidak ada di tempat dan tindakan itu menyakitkan hatinya.
Sesampainya di istana
Arumpone, bayi tersebut barulah dipotong ari-arinya dan dicuci darahnya. Bayi
itu dipelihara oleh saudara perempuan Arumpone yang bernama We Samateppa.
Arumpone La Ummasa
mengundang seluruh rakyatnya untuk datang berkumpul dan membawa senjata perang.
Keesokan harinya berkumpullah seluruh rakyat lengkap dengan senjata perangnya.
Dikibarkanlah bendera WoromporongE dan turunlah Arumpone di Baruga menyampaikan
; ”Saya undang kalian untuk mendengarkan bahwa saya telah mempunyai anak
laki-laki yang bernama La Saliyu Karampeluwa. Mulai hari ini saya menyerahkan
kedudukan saya sebagai Arumpone. Dan kepadanya pula saya serahkan untuk
melanjutkan perjanjian yang pernah disepakati antara Puatta ManurungE ri
Matajang dengan orang Bone”. Seluruh orang Bone mengiyakan kemudian mangngaru
(mengucapkan sumpah setia).
Dilantiklah La Saliyu
Karampeluwa oleh pamannya La Ummasa menjadi Arumpone. Acara pelantikan itu
berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Dalam acara itu pula nariule
sulolona (selamatan atas lahirnya) dan ditanam tembuninya. Setelah itu
dinaikkanlah La Saliyu Karampeluwa ke LangkanaE (istana).
Sejak dilantiknya La
Saliyu Karampeluwa menjadi Arumpone, maka setiap La Ummasa akan bepergian
selalu menyampaikan kepada pengasuhnya dalam hal ini saudaranya sendiri yang
bernama We Samateppa. Suatu saat La Ummasa sakit keras yang menyebabkan ia
meninggal dunia, maka digelarlah ; La Ummasa Mulaiye Panreng (orang mula-mula dikuburkan).