Raja Bone Ke-3 Lasaliyu Karampeluwa
Posted by AndiEwha
Dialah yang menggantikan pamannya menjadi Arumpone. Kedudukannya
ini diterima dari pamannya sejak berusia satu malam (masih bayi). Kalau ada
sesuatu yang akan diputuskan maka To Suwalle yang memangkunya menjadi juru bicaranya.
Kemudian yang bertindak selaku Makkedang Tana adalah To Sulewakka.
Ketika memasuki usia dewasa, barulah La Saliyu Karampeluwa
mengunjungi orang tuanya di Palakka. Sesampainya di Palakka, kedua orang tuanya
sangat gembira dan diberikanlah pusakanya yang menjadi miliknya, juga Pasar
Palakka. Sejak itu orang tidak lagi berpasar di Palakka tapi pindah ke Bone.
La Saliyu Karampeluwa dikawinkan oleh orang tuanya dengan
sepupunya yang bernama We Tenri Roppo anak pattola (putri mahkota) Arung
Paccing. Dari perkawinan itu lahirlah We Banrigau atau Daeng Marowa, We Pattana
Daeng Mabela yang digelar MakkaleppiE kemudian menjadi Arung Majang. Sementara
bagi orang Bukaka, sebahagian dibawa ke Majang. Mereka itulah yang menjadi
rakyat MakkaleppiE yang mendirikannya Sao LampeE di Bone, yang diberi nama
Lawelareng. Oleh karena itu, maka digelarlah MakkaleppiE – Massao LampeE
Lawelareng. Bagi orang banyak menyebutnya ; Puatta Lawelareng.
Pada masa pemerintahannya, La Saliyu Karampeluwa sangat dicintai
oleh rakyatnya karena memiliki sifat-sifat ; rajin, jujur, cerdas, adil dan
bijaksana. Ia juga dikenal pemberani dan tidak pernah gentar menghadapi musuh.
Konon sejak masih bayi tidak pernah terkejut bila mendengarkan suara-suara aneh
atau suara-suara besar.
La Saliyu Karampeluwa pulalah yang memulai mengucapkan ada
passokkang (mosong / angngaru) terhadap musuh, sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh arung-arung terdahulu seperti yang tercatat dalam Galigo. Ia
pula yang membuat bate (bendera) yang bernama ; CellaE ri abeo dan CellaE ri
atau (Merah di sebelah kiri dan Merah di sebelah kanan WoromporongE).
Pada saat itu orang Bone terbagi atas tiga bahagian dan
masing-masing bahagian bernaung di bawah bendera tersebut. Yang bernaung di
bawah bendera WoromporongE adalah Arumpone sendiri dan orang Majang sebagai
pembawanya. Yang bernaung di bawah bendera CellaE ri atau adalah orang Paccing,
Tanete, Lemolemo, Melle, Macege, Belawa pembawanya adalah Kajao Paccing.
Sedangkan yang bernaung di bawah bendera CellaE ri abeo adalah orang Araseng,
Ujung, Ta’, Katumpi, Padaccengnga, Madello, pembawanya adalah Kajao Araseng.
Untuk memperluas wilayah kerajaannya, La Saliyu Karampeluwa
menaklukkan negeri-negeri sekitarnya seperti ; Pallengoreng, Sinri, Anro
Biring, Melle, Sancereng, Cirowali, Bakke, Apala, Tanete, Attang Salo, Soga,
Lampoko, Lemoape, Bulu Riattang Salo, Parigi, Lompu. Pada masa pemerintahannya
dia mempersatukan orang Bone dengan orang Palakka yang membuat Palakka sebagai
wilayah bawahan dari Bone.
Beberapa negeri berikutnya menyatakan diri bernaung di bawah
pemerintahannya, seperti ; LimampanuwaE ri Alau Ale’ (Lanca, Otting, Tajong,
Ulo dan Palongki). Datang pula Arung Baba UwaE yang bernama La Tenri Waru
menemui menantunya menyatakan bernaung di bawah Kerajaan Bone. Begitu pula
Arung Barebbo dan Arung Pattiro yang bernama La Paonro menemui iparnya
menyatakan bernaung di bawah Kerajaan Bone, juga Arung Cina, Ureng dan Pasempe.
Arung Kaju yang bernama La Tenri Bali di samping datang untuk
menyatakan diri bergabung dengan Bone, sekaligus melamar anak Arumpone yang
bernama We Banrigau dan dutanya diterima.
Selanjutnya Arung Ponre, LimaE Bate ri Attangale’, AseraE Bate
ri Awangale’ datang bergabung dengan Bone. Boleh dikata pada saat
pemerintahannya, seluruh wilayah disekitarnya menyatakan diri bergabung dengan
Bone.
La Saliyu Karampeluwa dikenal sangat mencintai dan menghormati
kedua orang tuanya. Hamba sendirinya dikeluarkan dari Saoraja dan ditempatkan
di Panyula. Sementara hamba yang didapatkan setelah menjadi Arumpone di tempatkan
di Limpenno. Orang Panyula dan orang Limpennolah yang mempersembahkan ikan. Dia
pula yang menjadi pendayung perahunya dan pengusungnya jika Arumpone bepergian
jauh.
Setelah genap 72 tahun menjadi Mangkau’ di Bone, dikumpulkanlah
seluruh orang Bone dan menyampaikan bahwa ;
”Saya mengumpulkan kalian untuk memberitahukan bahwa mengingat
usia saya sudah tua dan kekuatan saya sudah semakin melemah, maka saya
bermaksud untuk memindahkan kekuasaan saya sebagai Mangkau’ di Bone. Pengganti
saya adalah anak saya yang bernama We Banrigau Daeng Marowa yang digelar
MakkaleppiE”.
Mendengar itu, semua orang Bone menyatakan setuju. Maka
dikibarkanlah bendera WoromporongE. Setelah itu berkata lagi Arumpone ; ”Di
samping saya menyerahkan kekuasaan, juga saya serahkan perjanjian yang telah
disepakati oleh orang Bone dengan Puatta Mulaiye Panreng untuk dilanjutkan oleh
anak saya”.Setelah orang Bone kembali, hanya satu malam saja Arumpone meninggal
dunia.
Anak La Saliyu Karampeluwa dengan isterinya We Tenri Roppo Arung
Paccing, adalah ; We Banrigau Daeng Marowa MakkaleppiE kawin dengan sepupunya
yang bernama La Tenri Bali Arung Kaju. Dari perkawinan itu lahirlah La Tenri
Sukki, La Panaungi To Pawawoi Arung Palenna, La Pateddungi To Pasampoi, La
Tenri Gora Arung Cina juga Arung di Majang, La Tenri Gera’ To Tenri Saga, La
Tadampare (meninggal dimasa kecil), We Tenri Sumange’ Da Tenri Wewang, We Tenri
Talunru Da Tenri Palesse.
Adapun anak La Saliyu Karampeluwa dari isterinya yang bernama We
Tenro Arung Amali yaitu La Mappasessu kawin dengan We Tenri Lekke’.
La Saliyu Karampeluwa tiga bersaudara. Saudara perempuannya yang
bernama We Tenri Pappa kawin dengan La Tenri Lampa Arung Kaju melahirkan La
Tenri Bali (suami We Banrigau), sedangkan saudara perempuannya yang bernama We
Tenri Roro kawin dengan La Paonro Arung Pattiro, lahirlah La Settia Arung
Pattiro yang selanjutnya kawin dengan We Tenri Bali.