Raja Bone Ke-21 Batari Toja Datu Talaga
Posted by AndiEwha
Batari Toja Datu
Talaga kembali menjadi Mangkau’ di Bone menggantikan saudaranya yang bernama La
Panaongi To Pawawoi. Di samping kembali menjadi Mangkau’ di Bone, Batari Toja
juga kembali menjadi Datu di Luwu dan Soppeng.
Batari Toja kawin
dengan sepupu tiga kalinya yang bernama La Oki yang tinggal di Ajattappareng.
Akan tetapi La Paulangi Petta Janggo’E sepupu satu kali La Oki mengawinkan
dengan anaknya yang bernama We Tungke. Oleh karena itu, Batari Toja membatalkan
perkawionannya dengan La Oki. Pada tahun 1716 M. Batari Toja kawin dengan Arung
Kaju yasng bernama Daeng Mamutu.
Karena Batari Toja
sangat dekat dengan Kompeni Belanda, membuat arung-arung tetangganya banyak
yang kurang senang. Oleh karena itu Batari Toja lebih banyak tinggal di
Ujungpandang dari pada di Bone. Sementara suaminya Arung Kaju yang diangkat
sebagai Maddanreng (wakil) berniat merebut kekuasan isterinya.
Setelah Batari Toja
mengetahui maksud jahat dari suaminya itu, iapun segera menceraikan suaminya
tersebut. Bahkan mantan suaminya tersebut diusir untuk meninggalkan Bone.
Dalam tahun 1735 M. La
Maddukkelleng Arung Peneki yang juga sebagai Sultan Pasir di Kalimantan berniat
untuk kembali ke negerinya di Peneki. Tetapi pada saat itu, La Maddukkelleng
belum bisa menginjakkan kakinya di wilayah TellumpoccoE (Bone, Soppeng dan
Wajo) karena kesalahan yang pernah diperbuatnya. Pada saat itu, Wajo masih
merupakan wilayah kekuasan Bone yang ditaklukkan pada masa pemerintahan La
Tenri Tatta Arung Palakka MaloampeE Gemme’na. Sedangkan La Maddukkelleng
meninggalkan Wajo dan lari ke Kalimantan karena memperbuat kesalahan terhadap
Bone pada masa pemerintahan La Patau Matanna Tikka.
Arung Kaju mantan
suami Batari Toja yang diusir untuk meninggalkan Bone, pergi ke Tanah Mandar
bersama Karaeng Bonto Langhkasa menunggu kedatangan La Maddukkelleng dari Tanah
Pasir Kalimantan. Karaeng Bonto Langkasa juga tidak senang dengan KaraengE ri
Gowa karena dinilai sangat dekat dengan Kompeni Belanda sebagaimana Batari
Toja. Dengan demikian, Arung Kaju menjalin kerja sama dengan Karaeng Bonto
Langkasa dan La Maddukkelleng. Kerja sama tersebut bermaksud untuk melepaskan
Wajo dari kekuasan Bone.
Sementara Karaeng
Bonto Langkasa ingin menghilangkan pengaruh Kompeni Belanda di Gowa dan Bone,
sehingga menjalin kerja sama dengan Arung Kaju Daeng Mamutu yang memang berniat
merebut kekuasan dari mantan isterinya Batari Toja Daeng Talaga.
Adapun Arumpone Batari
Toja setelah mengetahui bahwa La Maddukkelleng telah mendarat di Wajo,
berangkatlah ke Ujungpandang untuk berlindung pada Kompeni Belanda. Diserbulah
Bone oleh pasukan La Maddukkelleng, ada juga rombongan Karaeng Bonto Langkasa
dan Arung Kaju yang menghasut orang Bone untuk melawan Arumpone.
Setelah membumi
hanguskan Bone, La Maddukkelleng meminta kembali – sebbukatina (persembahan)
Wajo yang pernah diberikan kepada Bone pada masa pemerintahan Petta To
RisompaE. Maka kembalilah Wajo menjadi wilayah merdeka dari kekuasaan Bone.
Diangkatlah La Maddukkelleng sebagai Arung Matowa Wajo menggantikan pamannya.
Pergilah La
Maddukkelleng Arung Matowa Wajo ke Gowa untuk memanggil Sitti Napisa Karaeng
Langelo We Denradatu saudara KaraengE ri Gowa yang bernama I Mallawangeng Gau
Sultan Abdul Khair untuk diangkat menjadi Arumpone. Akan tetapi ditolak oleh
orang Bone, maka pergilah Karaeng Langelo ke Wajo dan tinggal di rumah La
Maddukkelleng.
Selain itu datang pula
La Oddang Riwu Karaeng Tanete bersama pasukannya bermaksud pula menjadi Arung
di Bone. Akan tetapi tidak disetujui oleh Kompeni Belanda dan KaraengE ri Gowa.
Juga tidak diterima oleh Adat Bone.
Oleh karena itu
dikembalikanlah Batari Toja ke Bone untuk menjadi Arumpone berdasarkan
keinginan Arung PituE (Adat) di Bone. Setelah kembali ke Bone, Batari Toja
menyuruh Kadhi Bone yang bernama Abdul Rasyid ke Tanah Mandar memanggil La
Pamessangi untuk menjadi Arung di Belawa Orai, Alitta dan Suppa yang pernah
diusir oleh KaraengE ri Gowa.
Ketika sampai di
Mandar, Kadhi Bone Abdul Rasyid menyampaikan kepada La Pamessangi bahwa dia
disuruh oleh Arumpone Batari Toja memanggil kembali ke Bone untuk kembali
menjadi Arung di Belawa Orai, Suppa dan Alitta. Penyampaian itu dibenarkan oleh
Matowa Belawa yang menyertai Kadhi Bone ke Balannipa menemui La Pamessangi.
La Pamessangi kembali
ke Bone bersama Kadhi Bone. Ia mendarat di JampuE dan disambut oleh Pabbicara
Suppa. Pada sat itu La Pamessangi menyuruh anaknya yang bernama La Sangka untuk
tinggal menjadi Datu di Suppa. Setelah bermalam tiga malam di Suppa, datanglah
orang Alitta bersama Pabbicara Suppa di Alitta untuk menemuinya. Lalu La
Pamessangi menyuruh lagi anaknya yang bernama La Posi untuk menjadi Arung di
Alitta. Tiga malam di Alitta baru pergi di Belawa. Setelah bermalam satu malam
di Belawa datanglah semua orang Belawa, orang Wattang, orang Timoreng memberi
ucapan selamat ditandai dengan pemberian 10 gantang beras untuk satu kampung.
Setelah empat malam di
Belawa dikumpulkanlah orang Belawa dan menyampaikan bahwa La Raga yang akan
diangkat menjadi Arung di WattangE. Hal ini disetujui oleh orang Belawa,
berdirilah MatowaE sambil berkata ; ”Dengarkanlah wahai orang Belawa bahwa La
Raga kita angkat sebagai Arung ri Belawa”.
Sesudah diserahkan
AkkarungengE ri Belawa kepada La Raga, Petta MatowaE bersama Kadhi Bone melanjutkan
perjalanannya ke Bone.
Ketika Batari Toja
berusia tua dan kelihatan semakin lemah, Adat bertanya kepadanya tentang siapa
nantinya yang bakal menggantikannya untuk melanjutkan pemerintahannya di Bone.
Lalu Batari Toja menunjuk saudaranya yang bernama La Temmassonge’ To Appaweling
Arung Baringeng Ponggawa Bone. Mendengar itu, Arung Kaju berkata ;Tennakkarungi
cera’ TanaE ri Bone, tennatola rajeng akkarungengE ri Bone” (Yang bukan putra
mahkota tidak bisa diangkat menjadi Mangkau’ di Bone, sedangkan Mangkau’E ri
Bone tidak bisa digantikan oleh orang yang kebangsawanannya hanya dari ayah).
Karena merasa
tersinggung dengan kata-kata Arung Kaju, La Temmassonge’ menunggu Arung Kaju
didekat tangga dan menikamnya sehingga meninggal dunia. Kematian Arung Kaju
dikomentari oleh Arumpone Batari Toja bahwa lantaran mulutnya Arung Kaju yang
mengatakan La Temmassonge’ hanyalah cera’ sehingga dia meninggal dunia.
Dalam tahun 1749 M.
Batari Toja Datu Talaga meninggal dunia di TippuluE sehingga dinamakan MatinroE
ri Tippulunna. Kemudian digantikan oleh saudaranya yang bernama La Temmassonge’
To Appawali Arung Baringeng.