Raja Bone Ke-22 La Temmassonge To Appawali
Posted by AndiEwha
La Temmassonge To
Appawali Sultan Abd. Razak Matinroe ri Mallimoneng nama kecilnya adalah La
Mappasossong. Sebelum diangkat menjadi Mangkau di Bone menggantikan saudaranya
Batari Toja Daeng Talaga, ia telah menjadi Arung Baringeng dan Ponggawa Bone.
Disamping itu ia pernah pula menjadi Tomarilaleng di Bone pada masa
pemerintahan Batari Toja.
Dia adalah anak dari
La Patau Matanna Tikka MatinroE ri Nagauleng Arumpone yang ke 16 yang
menggantikan pamannya La Tenri Tatta MalampeE Gemme’na. Menurut garis
keturunannya, dia bukanlah putra mahkota ( anak pattola ) karena ibunya
bukan-lah Arung Makkunrai (permaisuri). Oleh karena itu La Temassonge’ hanyalah
dipandang sebagi cera’ rimannessaE – sengngengngi ri mallinrungE. Artinya pada
kenyataannya dia adalah anak cera’, tetapi sesungguhnya adalah anak sengngeng
(putra mahkota).
Hal ini terjadi karena
hanya dua isteri La Patau Matanna Tikka yang diakui sebagai permaisuri, yakni;
We Ummung Datu Larompong dari Luwu dan We Mariama Karaeng Patukangang dari
Gowa. Sementara ibu La Temmassonge’ walaupun dia adalah keturunan bangsawan
tinggi, tetapi tidak termasuk sebagai Arung Makkunrai, sehingga La Temmassonge’
hanya dianggap sebagai cera’.
Tetapi karena putra
mahkota sudah tidak ada lagi yang bisa diangkat sebagai Mangkau di Bone pada
saat itu, maka pilihan dialihkan kepada La Temmassonge’ untuk diangkat menjadi
Mangkau di Bone menggantikan saudaranya Batari Toja Daeng Talaga MatinroE ri
Tippulunna. Posisi La Temmassonge’ sebagai cera ri mannessaE – sengngengngi ri
mallinrungE , hanya diketahui oleh saudaranya Batari Toja. Dengan demikian,
sebelum meninggal dunia, Batari Toja telah berpesan bahwa yang bakal
menggantikannya kelak adalah La Temmassonge’ To Appaweling.
Pada saat-saat
terakhir Batari Toja dia dirawat oleh La Temmassonge’ karena Batari Toja
menganggap bahwa La Temmassonge’adalah saudaranya yang paling dekat.Itulah
sebabnya sehingga banyak putra bangsawan Bone yang menganggap bahwa La
Temmassonge’ tidak pantas untuk diangkat menjadi Arumpone, terutama keluarga
Arung Kaju yang pernah dibunuhnya. Itu pula sebabnya sehingga Akkarungeng La
Temmassonge’ di Bone terkatung-katung sejak tahun 1749 M. dan nantilah pada
tahun 1752 M. baru dilantik sebagai Arumpone.
Untuk itu La
Temmassonge’ minta dukungan Kompeni Belanda di Ujungpandang agar kedudukannya
sebagai Mangkau’ di Bone bisa dikukuhkan. Datang pula Arung Berru dan Addatuang
Sidenreng meminta kepada Pembesar Kompeni Belanda di Makassar agar kedudukan La
Temmassonge’ sebagai Arumpone segera dikukuhkan.
Karena desakan Arung
Berru dan Addatuang Sidenreng yang bernama To Appo, yang kemudian didukung oleh
Pembesar Kompeni Belanda yang bernama Asmaun, maka para anggota Hadat Bone
kembali menerima La Temmassonge sebagai Mangkau’ di Bone, dan dikukuhkan pada
tahun 1752 M.
Adapun isteri La
Temmassonge’ yang diakui sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) adalah We Mommo
Sitti Aisah anak dari Maulana Muhammad dengan isterinya. Datu Rappeng. We Mommo
Sitti Aisah adalah cucu langsung dari Seikh Yusuf Tuanta Salamaka ri Gowa.
Pembesar Kompeni
Belanda di Ujungpandang yang bernama Asmaun masuk ke Bone untuk menenangkan
situasi dan setelah semua permasalahan dianggap selesai dan kedudukan La
Temmassonge’ sebagai Arumpone dianggap aman, upaya-upaya untuk merebut kekuasan
terhadap La Temmassonge’ telah tidak ada, barulah Pembesar Kompeni Belanda
membenarkan La Temmassonge’ untuk menetap di Bone.
Disamping sebagai
Mangkau’ di Bone, La Temmassonge’ juga dikenal sebagai Datu di Soppeng. Dalam
khutbah Jumat namanya disebut sebagai Sultan Abdul Razak Jalaluddin. La
Temmassonge’ memang dikenal sebagai penganut agama Islam yang taat dan sangat
patuh dalam beribadah.
La Temmassonge’
dikenal sebagai Mangkau di Bone yang memiliki banyak anak.Dalam catatan
terdapat kurang lebih 80 dengan jumlah isteri yang tidak sempat dihitung. Namun
isteri yang dianggapnya sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) adalah We Mommo
Sitti Aisah cucu dari Tuanta Salamaka ri Gowa.
Adapun anak-anak dari
isterinya yang bernama We Mommo Sitti Aisah; La Baloso To Akkaottong, inilah
yang menjadi Maddanreng di Bone. La Baloso kawin dengan sepupu satu kalinya
yang bernama We Tenriawaru Arung Lempang anak dari saudara perempuan ayahnya.
Dari perkawinan La Baloso dengan We Tenriawaru Arung Lempang, lahirlah La
Sibengngareng dan inilah yang kemudian menjadi Maddanreng di Bone.
Satu lagi anaknya
bernama La Cuwa Arung Lempang, selanjutnya bernama La Balo Ponggawa Pelaiyengi
Pattimpa. Berikutnya bernama We Daraima dan We Maukati. Inilah yang kawin
dengan La Sau Arung Kalibbong. Selanjutnya bernama We Tenripappa MajjumbaE ,
inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Maddinra Arung
Rappeng Betti’E. La Maddinra Arung Rappeng adalah anak saudara La Baloso yang
bernama La Kasi Daeng Majarungi Puanna La Tenro dari isterinya yang bernama We
Tenri Ona Arung Rappeng.
Dari perkawinan We
Tenripappa MajjumbaE dengan La Maddinra Arung Rappeng Betti’E lahirlah We
Tenri. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Makkulawu
Arung Gilireng. Dari perkawinan itu lahirlah; pertama bernama We Bangki Arung
Rappeng, kedua bernama La Gau’ Arung Pattojo Ponggawa Bone, We Tenri Pasabbi
Arung Rappeng, La Palettei Ponggawa Bone, La Wawo, La Mappajanci, We Nunu Arung
Manisang Datu Pammana, La Massalewe, We Pana dan We Sompa Arung Baleng.
We Tenri Pasabbi Arung
Gilireng kawin dengan To Allomo CakkuridiE di Wajo. Dari perkawinan itu
lahirlah La Tulu CakkuridiE di Wajo. Berikutnya We Maddilu Arung Bakung, inilah
yang kawin dengan La Kuneng Addatuang ri Suppa Arung Belawa Orai. Dari
perkawinan itu lahirlah ; We Time Addatuang Sawitto, We Cinde Addatuang Sawitto
MatinroE ri Polejiwa, La Cibu Ponggawa Bone Addatuang Sawitto, La Tenri Lengka
Datu Suppa, We Maddika atau We Tenri Lippu Daeng Matana Arung Kaju, We Pada
Uleng Arung Makkunrai MatinroE ri Sao Denrana dan Muhammad Saleh Arung
Sijelling dan sebagai Arung Alitta.
Selanjutnya adik We
Maddilu Arung Bakung adalah We Padauleng atau We Tenri Pada , kawin dengan
sepupu satu kalinya yang bernama La Tenri Tappu To Appaliweng Daeng Palallo.
Kemudian anak La
Temmassonge’ yang merupakan adik dari La Baloso adalah We Pakkemme, inilah yang
menjadi Arung Majang. We Pakkemme kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama
La Muanneng Arung Pattiro, anak dari La Pareppai To Sappewali MatinroE ri Somba
Opu dengan isterinya yang bernama We Gumittiri.
Berikutnya adik We
Pakkemme adalah We Tenri Olle, inilah yang menjadi Datu Bolli. We Tenri Olle
kawin dengan La Mappajanci Daeng Massuro Datu Soppeng. Oleh karena itu La
Mappajanci disebut juga sebagai PollipuE ri Soppeng MatinroE ri Laburaung. La
Mappajanci Datu Soppeng adalah anak dari PajungE ri Luwu yang bernama La
Mappassili Arung Pattojo MatinroE ri Duninna.
We Tenri Olle dengan
La Mappajanci melahirkan anak yang bernama La Mappapole Onro, inilah yang
menjadi Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Berikutnya bernama We Tenri Ampareng
Arung Lapajung, inilah yang menjadi Datu Soppeng MatinroE ri Barugana.
Adik We Tenri Olle
adalah We Rana, inilah yang menjadi Ranreng Towa di Wajo. Kawin dengan La Toto
Arung Pallekoreng, anak dari La Mampulana Arung Ugi dengan isterinya yang
bernama I Yabang. Dari perkawinan itu lahirlah Sitti Hudaiya Ranreng Towa Wajo.
Inilah yang kawin dengan La Tenri Dolo Arung Telle. Selanjutnya lahir Amirah
Ranreng Towa Wajo.
Amirah kawin dengan La
Pabeangi Petta TurubelaE anak dari We Tungke MajjumbaE dengan suaminya yang
bernama La Cella Patola Wajo. Dari perkawinan Amirah dengan La Pabeangi,
lahirlah We Panangareng Arung Tempe Selatan. Selanjutnya La Pawellangi
PajumperoE Ranreng Tuwa dan Arung Matowa Wajo.
Selanjutnya adik dari
We Rana adalah We Hamidah Arung Takalar Petta MatowaE. We Hamidah kawin dengan
anak sepupu satu kalinya yang bernama La Mappapenning Daeng Makkuling Ponggawa
Bone MatinroE ri Tasi’na. Dari perkawinan itu lahirlah La Tenri Tappu To
Appaliweng Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading. La Tenri Tappu kawin dengan
We Tenri Pada atau We Padauleng anak dari La Baloso Maddanreng Bone dengan isterinya
We Tenriawaru Arung Lempang. Adik La Tenri Tappu adalah We Yallu Arung Apala.
Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mappapole Onro
Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Selanjutnya La Unru Datu Pattiro, La Mata
Esso, We Dende dan We Tenri Kaware Arung Balusu.
Karena We Mommo Sitti
Aisah meninggal dunia, maka Arumpone La Temmassonge mengawini adiknya yang
bernama Sitti Habiba. Dari perkawinannya itu, lahirlah; La Massarasa Arung
Pallengoreng, La Palaguna Arung Nangka dan juga Arung Ugi serta Dulung Awang
Tangka. Anak La Palaguna kemudian menjadi Arung Lamatti.
Berikutnya bernama La
Patonangi atau La Tone, inilah yang menjadi Arung Amali. La Patonangi kawin
dengan We Kamummu Arung Bungkasa. Anak berikutnya berada di Luwu yang bernama
La Makkasau Arung Kera juga sebagai Dulung Pitumpanuwa. La Makkasau kawin
dengan We Kambo Opu Daeng Patiware anak dari We Tenriwale Daeng Matajang
MatinroE ri Limpo Paccing dengan suaminya yang bernama La Tenri Tadang Pallempa
Walenrang. Ini adalah cucu dari We Patimana Ware saudara MatinroE ri
Tippulunna.
La Makkasau dengan We
Kambo Opu Daeng Patiware melahirkan anak ; pertama bernama La Riwu To Paewangi
Pallempa Walenrang, kedua bernama La Ewa Opu To Palinrungi, ketiga bernama La
Waje Ambo’na Riba Arung Kera Dulung Pitumpanuwa, keempat bernama We Pada Daeng
Malele, kelima bernama We Biba Daeng Talebbi.
Semua adik La Makkasau
berada di Luwu, kecuali We Seno Datu Citta. We Seno Datu Citta kawin dengan La
Maddussila To Appangewa Karaeng Tanete , anak dari We Tenri Leleang PajungE ri
Luwu MatinroE ri Soreang Tanete dengan suaminya yang bernama La Mallarangeng To
Pasamangi Datu Mario Riwawo juga sebagai Datu Lompulle.
We Seno dengan La
Maddussila melahirkan anak ; pertama bernama La Bacuapi , inilah yang menjadi
Datu di Citta juga sebagai Dulung Ajangale MatinroEb ri Kananna ri Leangleang
pada saat berperangnya Arumpone To Appatunru dengan Inggeris pada tahun 1814.
Kedua bernama We Kajao Datu Citta, ketiga bernama We Hatija Arung Paopao.
We Hatija Arung Paopao
kawin dengan To Appasawe Arung Berru, anak dari To Appo Arung Berru Addatuang
Sidenreng MatinroE ri Sumpang MinangaE dengan isterinya yang bernama We Besse
Karaeng Leppangeng. Dari perkawinannya itu lahirlah Sumange’ Rukka To Patarai
Arung Berru. Sumange’ Rukka Arung Berru masuk ke Bone kawin dengan We Baego
Arung Macege anak dari Arumpone yang bernama La Mappasessu To Appatunru
MatinroE ri Laleng Bata dengan isterinya yang bernama We Bau Arung Kaju. Dari
perkawinannya itu, lahirlah We Pada Arung Berru.
Saudara We Seno yang
bernama We Soji Arung Tanete kawin dengan La Makkawaru Arung Atakka
Tomarilaleng Bone, anak dari To Appo Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang
bernama We Panidong Arung Atakka. Dari perkawinannya itu lahirlah Sumange’ Rukka
Ambo Pajala. Inilah yang kawin dengan We Tenri Kaware Arung Saolebbi juga
sebagai Arung Balosu anak dari La Mappapole Onro Datu Soppeng MatinroE ri
Amala’na.
Sumange’ Rukka Ambo
Pajala dengan We Tenri Kaware melahirkan La Passamula BadungE Arung Balosu.
Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bonga anak dari La
Unru Datu Soppeng dengan isterinya We Mariyama Mabbaju LotongE. Selanjutnya We
Bonga Petta Indo I Lampoko dengan suaminya La Passamula Bau Baso Arung Balosu,
inilah yang kemudian menjadi Sule Datu di Soppeng.
Saudara La Passamula
BadungE yang lain bernama La Patongai, inilah yang menjadi Datu di Pattiro. La
Patongai kemudian kawin dengan We Panangareng Datu Lompulle anak dari La
Rumpang Megga Dulung Ajangale, juga sebagai Datu Lamuru dan Mario
Riwawo.Disamping itu, La Rumpang Megga juga sebagai Karaeng di Tanete.Dari
perkawinan We Panangareng dengan La Patongai, lahirlah La Onro Datu Lompulle
dan Datu Soppeng MatinroE ri Galung.
La Onro kawin di Wajo
dengan We Cecu Arung Ganra yang juga sebagai Arung Belawa, anak dari To Lempeng
Arung Singkang yang juga sebagai Datu Soppeng MatinroE ri Larompong. La Onro
dengan We Cecu melahirkan anak bernama La Pabeangi Arung Ganra yang kemudian
menjadi Sule Datu di Soppeng. Selanjutnya La Pabeangi kawin dengan sepupu satu
kalinya yang bernama We Tenri Sui Sitti Zaenab Arung Lapajung yang juga sebagai
Datu Soppeng, anak dari We Mappanyiwi Patola Wajo Arung Singkang dengan
suaminya La Walinono Datu Botto.
Anak La Onro dengan We
Cecu yang lain bernama We Soji Datu Madello. Inilah yang kawin dengan La Tengko
Manciji Wajo Arung Belawa Alau, anak La Tune Arung Bettempola dengan isterinya
yang bernama Sompa Ritimo Arung Penrang. Anak yang lain bernama La Rumpang Datu
Pattiro, inilah yang kawin dengan We Bebu Datu Suppa tidak melahirkan anak.
Kemudian La Rumpang kawin dengan We Tappa, lahirlah La Makkulawu yang menjadi
Ranreng Talotenre.
Selanjutnya La Onro
kawin lagi dengan We Dulung, lahirlah La Cube yang kemudian menjadi Pangulu
Lompo di Galung. La Cube kawin dengan We Munde saudara perempuan La Sana Arung
Lompengeng yang digelar Jenderal Lompengeng.
Anak La Temmassonge’
yang lain dari isterinya yang bernama Sitti Habiba, adalah La Potto Kati Datu
Baringeng Ponggawa Bone yang juga sebagai Arung Attang Lamuru. Inilah yang
kawin dengan anak Karaeng Agang PancaE dengan Karaeng Popo. Dari perkawinannya
itu, lahirlah anaknya; pertama bernama Sitti Hawang Arung Ujung , kedua bernama
La Tadampare To Appotase Arung Ujung.
Sitti Hawang kawin
dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Gau Ambo Pacubbe Arung Tanete.
Sedangkan La Tadampare To Appotase kawin dengan Hidayatullah Colli’ PujiE Arung
Pancana, anak dari La Rumpang Megga Arung Tanete MatinroE ri Muttiara dengan
isterinya yang bernama Sitti Patimah Colli’ PakuE Daeng Tarape.
Dari perkawinan La
Tadampare atau La Tenrengeng dengan Colli’ PujiE, lahirlah anak; pertama
bernama We Gasi Arung Atakka, kedua bernama La Makkarumpa Arung Ujung , ketiga
bernama We Tenri Olle Arung Tanete.
Saudara dari Sitti
Hawang yang lain adalah; pertama bernama La Kaseng Arung Raja, kedua bernama La
Supu Arung Suli. Selanjutnya We Tenri Olle Arung Tanete kawin dengan La Sangaji
Arung Bakke anak dari La Mappatola Arung Bakke dengan isterinya yang bernama We
Pada Datu Mario Attassalo. Dari perkawinan La Sangaji Datu Bakke dengan We
Tenri Olle Arung Tanete, lahirlah ; pertama We Pancai’tana Bunga WaliE Datu
Tanete, kedua bernama We Pattekke Tana Tonra LipuE Arung Lalolang, ketiga
bernama La Tenri Sessu Rajamuda Datu Bakke.
We Pattekke Tana Arung
Lalolang kawin dengan La Mappa Arung Pattojo, anak dari La Sunra Karaeng
Cenrapole dengan isterinya yang bernama We Nillang Datu Kawerang. Dari
perkawinannya itu lahirlah La Unru Sulewatang Tanete dan We Tenri Aminah.
La Tenri Sessu
Rajamuda Datu Bakke kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bube Arung
Panincong, anak dari La Malleleang Datu Mario Riawa Attassalo dengan isterinya
We Pabuka Arung Panincong. Dari perkawinannya itu, lahirlah ; pertama Baso Jaya
Langkara Datu Tanete, kedua Besse Panincong, ketiga We Canno atau We Suhera
Datu Bakke.
La Rajamuda Datu Bakke
kawin lagi dengan We Daruma Petta Indo’na Cella. Dari perkawinan itu lahirlah
seorang anak perempuan yang bernama We Mastura Petta Karaeng.
Selanjutnya Arumpone
La Temmassonge’ kawin lagi dengan Sitti Sapiyah anak Arung Letta. Dari
perkawinannya itu, lahirlah La Kasi Daeng Majarungi Puanna La Tenro Ponggawa
Bone. Puanna La Tenro kawin dengan We Yabang Datu Watu Arung Pattojo MatinroE
ri Pangkajenne, anak dari We Tenri Leleang Datu Luwu MatinroE ri Soreang. Dari
perkawinan We Yabang Datu Watu dengan Puanna La Tenro, lahirlah We Muanneng dan
La Tatta Petta Ambarala Ambo’ Paggalung.
We Muanneng kawin
dengan La Sibengngareng Arung Alitta, anak dari La Posi Arung Alitta dengan
isterinya yang bernama We Tenriangka. We Muanneng dengan La Sibengngareng
melahirkan anak, yaitu; We Lewa, La Dadda, La Paduppai dan We Nandong.
We Lewa Arung Alitta
kawin dengan La Rumanga Karaeng Barang Patola, anak dari We Ninnong Arung Tempe
dengan suaminya yang bernama La Patarai Arung Lamunre. Dari perkawinannya itu,
lahirlah ; La Pamessangi Petta Towa. Inilah yang kawin dengan sepupu satu
kalinya yang bernama E Maragau Daeng Nadi, anak dari La Pawelloi Petta Datu ri
JampuE dengan isterinya yang bernama E Kutana. E Maragau dengan Petta Towa
melahirkan anak yang bernama We Patima Arung Lerang. Inilah yang kawin dengan
La Bode Karaeng Jampu anak dari We Passulle, Addatuang Sawitto dengan suaminya
La Gau Arung Pattojo Ponggawa Bone.
We Patima Arung Lerang
dengan suaminya La Bode Karaeng Jampu melahirkan anak yang bernama Daeng Rawisa
Mabbola SadaE Arung Jampu. Inilah yang kawin dengan I Koso Karaeng Allu. Dari
perkawinannya itu lahirlah La Pawelloi. Kemudian La Pawelloi kawin dengan
sepupu dua kalinya yang bernama We Tenri anak dari We Dalaintang dengan
suaminya To Sangkawana. Dari perkawinan We Tenri dengan La Pawelloi lahirlah La
Parenrengi Bau Ila dan E Siseng Bau Polo.
Adapun La Tatta Petta
Ambarala kawin dengan orang Melayu yang bernama Encik Sitti Mainong. Dari
perkawinannya itu lahirlah La Pakkamunri Daeng Patobo. Inilah yang melahirkan
La Maddiolo Daeng Pabeta. Selanjutnya La Maddiolo Daeng Pabeta melahirkan
Bumihari. Bumihari inilah yang kawin dengan Encik Hatibe Abdullah Saeni. Dari
perkawinannya itu lahirlah ; pertama Encik Zainul Abidin, Encik Bala, Encik
Jauhar Manikam dan Encik Cahaya.
La Pakkamunri Daeng
Patobo kawin lagi dan melahirkan La Kangkong Petta Nabba. Inilah yang kawin
dengan I Jaleha Daeng Jenne dan melahirkan dua anak laki-laki, pertama bernama
Tuan Panji dan yang kedua bernama Encik Padu Salahuddin Daeng Patangnga.
Kemudian Daeng Patangnga melahirkan anak satu laki-laki dan dua anak perempuan.
Laki-laki bernama Encik Abdul Karim Daeng Pasau dan perempuan bernama
masing-masing Encik Kebo dan Encik Innong Daeng Tono.
Selanjutnya La Kasi
Puanna La Tenro kawin lagi dengan We Tenri Ona Arung Rappeng anak dari We Senru
Arung Rappeng dengan suaminya La Cella Datu Bongngo Arung Gilireng. Dari
perkawinannya itu, lahirlah La Maddinra Arung Rappeng Betti’E. Inilah yang
kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Pappa MajjumbaE anak
dari La Baloso Maddanreng Bone dengan isterinya yang bernama We Tenri Awaru
Arung Lempang.
We Tenri Pappa
MajjumbaE dengan La Maddinra Arung Rappeng melahirkan anak perempuan yang
bernama Qwe Matana Arung Rappeng. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya
yang bernama La Makkulawu Arung Gilireng anak dari La Canno Arung Gilireng
Lampe Uttu dengan isterinya We Mappanyiwi Daeng Takennang Datu Lagosi.
We Matana Arung
Rappeng dengan La Makkulawu Arung Gilireng melahirkan anak ; pertama bernama We
Bangki Arung Rappeng, kedua bernama La Gau Arung Pattojo Ponggawa Bone, ketiga
bernama We Tenri Pasabbi Arung Gilireng, keempat bernama We Nunu Arung Manisang
Datu Pammana, kelima La Palettei Ponggawa Bone, keenam We Sampa Arung Baleng,
ketujuh bernama La Wawo, kedelapan bernama We Pana, kesembilan bernama La
Mappajanci dan kesepuluh bernama La Massalewe.
Kemudian Arumpone La Temmassonge’
kawin lagi dengan We Salima Ajappasele, melahirkan anak perempuan bernama We
Nime. Inilah yang kemudian kawin dengan Datu Bengo. Dari perkawinannya itu,
lahirlah La Dekke Daeng Silasa Petta Bekka’E. Kemudian Petta Bekka’E kawin
dengan Karaeng SombaE yang kemudian melahirkan La Mapparewe Daeng Makkuling
Datu Bengo.
Pada hari Senin 29
Jumadil Akhir 1133 H. Arumpone La Temmassonge’ memperjelas pemberian saudaranya
Batari Toja MatinroE ri Tippulunna baik semasa hidupnya maupun setelah
meninggal dunia yang dipesankan kepadanya. Setelah itu iapun masuk kepada
Kompeni Belanda untuk mempersaksikan pemberian Batari Toja tersebut.
Inilah penjelasan
Arumpone La Temmassonge’,
”Adapun yang diberikan
Batari Toja kepada saya ketika masih hidup, seperti; Baringeng, Amali, Pattiro,
PaddakkalaE di Bantaeng, saya diberikan ketika berada di Kessi. Sedangkan yang
dipesankan, adalah ; Timurung, Majang, Pallengoreng, Kera, Tuwa, Ugi, Citta,
Lapajung,Tellu Latte’ E dan Ta’. Selanjutnya Tuwa saya serahkan kepada We Rana,
Citta saya serahkan kepada We Seno, Majang saya serahkan kepada We Pakkemme’,
Pallengoreng saya serahkan kepada La Massarasa, Ugi saya serahkan kepada La
Palaguna, Kera saya serahkan kepada La Makkasau, Takalar saya serahkan kepada
We Yamida. Sedangkan Timurung dan NakkaE, itulah yang akan saya tempati sampai
tiba ajalku. Siapa saja yang merawat saya sewaktu saya sakit, itulah yang akan
memilikinya.”
Pada saat menjadi
Mangkau’ di Bone, anaknya di Soppeng, di Tanete, di Luwu dari We Tenri Sui Datu
Mario Riwawo dengan La Pottobune Arung Tanatengnga Addatuang ri Lompulle,
ditulis dalam lontara’ Bone dan Soppeng bahwa; Bone dan Mario Riwawo tempat
lahirnya KadhiE, Lompulle tempat asal SengngengngE, Tanete sumber pas-
seajingeng dan Soppeng tempat untuk memilih.
Dalam tahun 1775 M.
Arumpone La Temmassonge’ Arung Baringeng meninggal dunia dalam usia 80 tahun.
Dalam khutbah Jumat, dia dinamakan Sultan Abdul Razak Jalaluddin. Karena dia
meninggal di Malimongeng, maka digelar MatinroE ri Malimongeng.