Raja Bone Ke-23 La Tenri Tappu
Posted by AndiEwha
La Tenri Tappu To
Appaliweng Sultan Ahmad Saleh adalah cucu La Temmassonge’ To Appaweling
MatinroE ri Malimongeng, dari anaknya yang bernama We Hamidah Arung Takalar
Petta MatowaE. La Tenri Tappu menggantikan neneknya menjadi Arumpone pada
tanggal 4-6- 1775 M.
Arumpone La Tenri
Tappu inilah yang berkedudukan di Rompegading, sehingga ketika ia meninggal
dunia digelar Latenri Tappu MatinroE ri Rompegading. Sebagai Arumpone, ia
pernah berperang dengan Addatuang Sidenreng yang bernama La Wawo. Persoalannya
adalah karena La Wawo akan melepaskan diri dari keterikatannya dengan Bone. La
Wawo bertegas tidak akan memberikan lagi – sebbukati (upeti) yaitu semacam
persembahan yang menjadi kewajiban Addatuang Sidenreng.
Setelah melalui
pertimbangan yang matang, berangkatlah orang Bone dibawah komando Arumpone
untuk menyerang Sidenreng. Karena merasa terancam, Addatuang Sidenreng La Wawo
minta bantuan kepada Karaeng Tanete. La Wawo minta kepada Karaeng Tanete agar
Arumpone La Tenri Tappu bersama segenap pasukannya dapat dibendung untuk tidak
memasuki wilayah Sidenreng. Addatuang Sidenreng La Wawo menyanggupi untuk
menyediakan –ubba yaitu semacam bahan peledak kepada Karaeng Tanete dalam
membendung serangan Bone.
Setelah bermusuhan
kurang lebih tiga tahun, ternyata orang Bone tidak mampu untuk melewati Sungai
Segeri karena dibendung oleh orang Tanete dengan bantuan Petta TollaowE ri
Segeri.
Untuk mencegah
terjadinya perang yang berkerpanjangan, Pembesar Kompeni Belanda di
Ujungpandang segera turun tangan. Pembesar Kompeni Belanda yang bernama
Yacobson Wilbey mengingatkan kepada Arumpone La Tenri Tappu untuk mundur ke
Bone. Begitu pula kepada Addatuang Sidenreng La Wawo agar menarik pasukannya
kembali ke Sidenreng. Dengan demikian, perang antara Bone dengan Sidenreng
berakhir.
Ketika perang antara
Bone dengan Sidenreng berakhir, datanglah La Wawo kepada Karaeng Tanete membawa
40 orang Batu Lappa dan 20 orang Kasa sebagai pengganti harga ubba yang
digunakan Karaeng Tanete selama perang. Dalam masa pemerintahan La Tenri Tappu
di Bone, Inggeris menduduki Rotterdam menggantikan Belanda tahun 1814 M.
La Tenri Tappu To
Appaliweng kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Padauleng untuk
dijadikan sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) di Bone. We Padauleng adalah
anak dari La Baloso, saudara ibunya dengan isterinya yang bernama We Tenriawaru
Arung Lempang.
We Padauleng dengan La
Tenri Tappu melahirkan anak pertama bernama La Mappasessu To Appatunru, inilah
yang kemudian menjadi Mangkau’ di Bone, kedua bernama We Manneng Arung Data,
ketiga bernama Batara Tungke Arung Timurung, keempat bernama La Pawawoi Arung
Sumaling, kelima bernama La Mappaseling Arung Pannyili, keenam bernama La Tenri
Sukki Arung Kajuara, ketujuh bernama We Kalaru Arung Pallengoreng, kedelapan
bernama Mamuncaragi, kesembilan bernama La Tenri Bali Arung Ta’, kesepuluh
bernama La Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung Bone, kesebelas bernama
La Paremma’ Rukka Arung Karella, kedua belas bernama La Temmu Page Arung Paroto
Ponggawa Bone MatinroE ri Alau Appasareng, ketiga belas bernama La Pattuppu
Batu Arung Tonra.
La Mappasessu To
Appatunru kawin dengan We Bau Arung Kaju, anak dari We Rukiyah dengan suaminya
yang bernama La Umpu Arung Teko. Dari perkawinannya itu lahirlah; We Baego
Arung Macege. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kali ibunya yang bernama
Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru. Selanjutnya dari perkawinan We Baego
Arung Macege dengan Sumange’ Rukka To Patarai, lahirlah; We Pada Arung Berru
dan Singkeru’ Rukka Arung Palakka.
Adapun La Tenri Sukki
Arung Kajuara To Malompo di Bone, kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama
We Tenri Lippu atau We Maddika Daeng Matana Arung Kaju. Dari perkawinannya itu
lahir seorang anak perempuan bernama We Tenriawaru Pancai’tana Besse Kajuara.
Daeng Matana adalah anak dari We Maddilu saudara kandung We Padauleng Arung
Makkunrai di Bone.
Sedangkan La
Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung Bone, kawin dengan We Tabacina atau
Bau Cina Karaeng Kanjenne anak dari We Mudariyah MappalakaE Ranreng Talotenre
dengan suaminya yang bernama La Pasanrangi Petta CambangE Arung Malolo
Sidenreng. Dari perkawinan Bau Cina dengan Petta Anre Guru AnakarungE ; pertama
bernama La Parenrengi Arung Ugi. Inilah yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang
bernama We Tenriawaru atau Pancai’tana Besse Kajuara anak dari We Tenri Lippu
atau We Maddika Daeng Matana dengan suaminya yang bernama La Tenri Sukki Arung
Kajuara.
Adik dari La
Parenrengi bernama Toancalo Petta CambangE Arung Amali To Marilaleng Bone yang
juga sebagai Ranreng Talotenre Wajo. Selanjutnya adik dari Toancalo bernama
Sitti Saira Arung Lompu. Adik berikutnya bernama We Rukka, We Ciciba. We Ciciba
inilah yang kawin dengan La Pangerang Arung Cimpu.
Kembali kepada saudara
perempuan La Tenri Tappu yang bernama We Yallu Arung Apala. Inilah yang
melahirkan Datu Pattiro, Datu Soppeng MatinroE ri Tengngana Soppeng dengan
suaminya yang bernama La Mappapole Onre Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Anak
berikutnya bernama La Mata Esso Sule Datu di Soppeng MatinroE ri Lawelareng.
Selanjutnya bernama We Tenri Kaware Arung Saolebbi Arung Balosu. Selanjutnya We
Dende, meninggal dunia ketika masih kecil.
La Unru Datu Pattiro
kawin dengan We Selima Mabbaju NyilaE anak dari We Mariyama Mabbaju LotongE
dengan suaminya yang bernama La Pede Daeng Mabela Pabbicara Sidenreng. Dari
perkawinannya itu lahirlah pertama bernama Baso Sidenreng Petta Ambo’na
Salengke, kedua bernama We Bonga Petta Indo’na I Lampoko.
Baso Sidenreng Petta
Ambo’na Salengke kawin dengan We Waru, kemudian We Kacici. Keduanya adalah anak
dari La Patau Petta Janggo Arung Leworeng. Dari perkawinan dengan We Waru
lahirlah; pertama bernama We Nibu, kedua bernama La Salengke. Selanjutnya We
Kacici melahirkan anak pertama bernama La Palloge, kedua bernama We Jenna,
ketiga bernama We Takka.
Sedangkan We Tenri
Kaware Arung Balosu kawin dengan Sumange’ Rukka Ambo’ Pajala Arung Tanete anak
We Soji Arung Tanete dengan suaminya yang bernama La Makkawaru Arung Atakka
Tomarilaleng Bone. Dari perkawinannya itu lahirlah dua anak laki-laki pertama
bernama La Patongai Datu Pattiro, kedua bernama La Passamula BadungE.
La Patongai Datu
Pattiro kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Panangareng Datu
Lompulle, anak dari We Pancai’tana Arung Akkampeng dengan suaminya yang bernama
La Rumpang Megga Karaeng Tanete. We Panangareng dengan La Patongai melahirkan
anak bernama La Onro Datu Lompulle.
La Passamula BadungE
kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Bonga Petta Indo’na I Lampoko.
Dari perkawinan itu lahirlah anaknya pertama bernama Bau Baso Arung Balosu,
inilah yang menjadi Sule Datu di Soppeng. Kedua bernama Sitti Hawang, ketiga
bernama We Mira.
Bau Baso Arung Balosu
kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Nebu Petta Indo’na Matta anak
Baso Sidenreng dengan isterinya We Waru. Dari perkawinan itu lahirlah ; pertama
bernama We Matta, kedua bernama Mahmud Petta Bau, ketiga bernama We Besse.
Sitti Hawang kawin
dengan La Cakkudu Petta Amparita, anak La Panguriseng Addatuang Sidenreng
dengan isterinya yang bernama We Bangki Arung Rappeng. We Sitti Hawang dengan
La Cakkudu melahirkan anak bernama La Pasanrangi Datu Taru.
We Taka kawin dengan
La Sanreseng Datu Lamuru, anak dari Jaya Langkara Datu Lamuru dengan isterinya
yang bernama We Tellongeng. Dari perkawinan itu lahirlah We Sengngeng. Inilah
yang kawin dengan La Sana Arung Lompengeng, anak dari La Page Arung Lompengeng
dengan isterinya yang bernama We Bonga. We Sengngeng dengan La Sana melahirkan
anak bernama We Yasiyah. We Yasiyah inilah yang kawin dengan La Coppo Daeng
Mangottong, anak dari La Massikkireng Arung Macege dengan isterinya yang
bernama Sitti Aminah Arung Pallengoreng.
We Jenna kawin dengan
La Passamula Datu Lompulle Ranreng Talotenre Arung Matowa Wajo MatinroE ri
Batubatu. Anak dari La Patongai Datu Lompulle Ranreng Talotenre dengan
isterinya Besse Arawang. Dari perkawinannya itu lahirlah La Mappe Datu Mario
Riawa. Kemudian La Mappe kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Besse
anak Sule DatuE Arung Balosu dengan isterinya yang bernama We Nebu Petta
Indo’na Matta. Selanjutnya We Besse dengan La Mappe melahirkan anak perempuan
yang bernama Isa Arung Padali.
We Matta kawin dengan
sepupu satu kalinya yang bernama La Pasanrangi Datu Taru, anak dari Sitti
Hawang dengan suaminya La Cakkudu Petta Amparita. Kemudian We Matta dengan La
Pasanrangi melahirkan anak pertama bernama La Bandu, kedua bernama We Selo. We
Selo kawin dengan La Jojjo Arung Berru Karaeng Lembang Parang, anak dari We
Batari Arung Berru dengan suaminya La Mahmud Karaeng ri Baroanging. Dari
perkawinannya itu lahirlah We Tenri.
La Onro Datu Lompulle
kawin dengan We Cecu Arung Ganra yang juga Arung Belawa Orai. Anak dari We
Sitti Tahirah Patola Wajo dengan suaminya To Lempeng Arung Singkang yang juga
Datu Soppeng Rialau. Kemudian We Cecu dengan La Onro melahirkan anak ; pertama
bernama We Soji Datu Madello, kedua bernama La Pabeangi Arung Ganra, ketiga
bernama La Rumpang Datu Pattiro Ranreng Talotenre.
We Soji Datu Madello
kawin dengan Loa Tengko Manciji Wajo Arung Belawa Alau anak dari La Tune Arung
Bettempola dengan isterinya Sompa Ritimo Arung Penrang. Dari perkawinannya itu
lahirlah; pertama bernama La Cella, kedua bernama We Tenri Arung Belawa ,
ketiga bernama We Panangareng Datu Madello, keempat bernama La Patongai Datu
Doping.
La Pabeangi Arung
Ganra kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Tenri Sui Datu Watu
Arung Lapajung Patola Wajo, anak dari We Mappanyiwi Patola Wajo dengan suaminya
yang bernama La Walinono Datu Botto. We Tenri Sui dengan La Pabeangi melahirkan
anak; pertama bernama La Wana Arung Ganra, kedua bernama La Jemma Datu
Lapasung, ketiga bernama We Yaddi Luwu Datu Watu, keempat bernama Sitti Tahira
Patola Wajo Datu MallanroE. Sitti Tahira inilah yang kawin dengan sepupu tiga
kalinya yang bernama La Bandu, tidak melahirkan anak.
La Wana kawin dengan
sepupu tiga kalinya yang bernama Isa Arung Padali anak dari La Mappe dengan
isterinya yang bernama We Besse. Kemudian La Mappe kawin lagi dengan We
Cingkang anak dari La Jalante Jenderal Tempe. Dari perkawinannya itu lahirlah
La Mori. Selanjutnya Isa dengan La Wana Arung Ganra melahirkan anak; pertama
bernama La Walinono Arung Laleng Bata, kedua bernama We Tenri Dio Datu
Lompulle, ketiga bernama Galette, keempat bernama Abu Baedah.
We Yaddi Luwu kawin dengan
sepupu satu kalinya yang bernama La Mangkona Datu Mario Riwawo anak dari La
Wawo Datu Botto dengan isterinya yang bernama We Tenri Leleang Datu Mario
Riwawo. We Yaddi Luwu dengan La Mangkona melahirkan anak; pertama bernama La
Sade, kedua bernama We Tenriabeng, ketiga bernama We Tenriangka, keempat
bernama We Cecu, kelima bernama We Tenri Pakkemme’.
La Onro Datu Lompulle
kawin lagi dengan We Dulung, melahirkan seorang anak bernama La Cube. Inilah
yang kemudian menjadi Pangulu Lompo di Galung. La Cube kawin dengan We Munde
saudara perempuan Jenderal Lompengeng, anak dari La Page Arung Lompengeng
dengan isterinya We Bonga. Dari perkawinan La Cube dengan We Munde ; pertama
bernama La Singke, kedua bernama We Sukki, ketiga bernama Sitti Saleha, keempat
bernama La Mahmud.
La Rumpang kawin lagi
dengan We Tappa dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Makkulawu.
Sampai disinilah
keterangan tentang keturunan We Yallu Arung Apala yang bersaudara kandung
dengan We Banrigau Arung Tajong. We Banrigau Arung Tajong kawin dengan La
Tenriangka Arung Ujung anak dari Tomarilaleng Pawelaiye ri Gowa dengan
isterinya yang bernama Sitti Aminah Karaeng Somba Opu yang juga Karaeng Tallo.
Perkawinannya itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama La Tenri Wari.
Kemudian We Banrigau
Arung Tajong kawin lagi di Wajo dengan La Sampenne Petta La Battowa CakkuridiE
ri Wajo yang juga sebagai Arung Liu. Anak dari La Paulangi To Saddapotto Daeng
Lebbi Arung Bette dengan isterinya We Tenri Ampa Arung Singkang. We Banrigau
dengan Petta La Battowa melahirkan anak; pertama bernama We Sawe Arung Liu,
kedua bernama La Olli Maddanreng Bone, ketiga bernama We Sikati Andi Ecce
We Sikati kawin dengan
La Sampo Arung Ugi yang juga sebagai Arung Belawa. Anak dari La Mampulana Arung
Ugi dengan isterinya yang bernama We Bakke Datu Kawerang. Dari perkawinannya
itu, lahirlah ; pertama bernama We Busa Petta WaluE Arung Belawa, kedua bernama
La Rappe Arung Liu Arung Ugi yang juga Maddanreng di Bone dan Sule Ranreng Tuwa
ketika sepupu satu kalinya yang bernama We Hudiyah menjadi Ranreng Tuwa. Ketiga
bernama La Maggalatung Daeng PaliE Arung Palippu.
We Busa Arung Belawa
kawin dengan La Tompi Arung Bettempola MatinroE ri Wajo. Anak dari La Sengngeng
Arung Bettempola MatinroE ri Salawa’na dengan isterinya We Mappangideng Arung
Macanang. Dari perkawinan itu lahirlah; pertama bernama We Kalaru Arung
Bettempola, kedua bernama La Paramata atau La Tatta Raja Dewa Arung Bettempola,
ketiga bernama La Tune Mangkau atau La Tune Sangiang Arung Bettempola MatinroE ri
Tancung.
We Kalaru kawin dengan
La Patongai Datu Lompulle Ranreng Talotenre, anak dari We Mudariyah MappalakaE
dengan suaminya La Pasanrangi Petta CambangE Arung Malolo Sidenreng. Dari
perkawinannya itu lahirlah; pertama laki-laki bernama La Mangkona To Rao
PajumpungaE Datu Alau Wajo dan juga sebagai Arung Palippu.
La Rappe Arung Liu
kawin dengan We Besse Daeng Taleba Arung Penrang anak dari We Jiba Datu Bulu
Bangi dengan suaminya La Saliwu Petta KampongE Arung Atakka. Dari perkawinannya
itu lahirlah seorang anak perempuan yang bernama Sompa Ritimo Arung Penrang
MatinroE ri Cinnong Tabi. Kemudian Sompa Ritimo kawin dengan sepupu satu
kalinya yang bernama La Tune Mangkau Arung Bettempola. Anak dari We Busa Petta
WaluE dengan suaminya La Tompi Arung Bettempola MatinroE ri Wajo.
Sompa Ritimo dengan La
Tune Sangiang melahirkan anak yang bernama La Gau, inilah yang kemudian mejadi
Ranreng di Bettempola Wajo. La Gau kemudian kawin dengan We Tenri Sampeang
Denra WaliE Arung Patila. Anak dari We Baru Arung Patila dengan suaminya yang
bernama La Saddapotto Maddanreng Pammana. Kemudian La Gau dengan We Tenri
Sampeang melahirkan anak yang bernama La Jamarro, inilah yang kemudian menjadi
Paddanreng Bettempola. Anak berikutnya adalah La Cengke Manciji Wajo, La Tengko
Arung Belawa Alau, juga sebagai Manciji Wajo, La Jollo Datu Patila, La Mamu
Petta Yugi, La Come, We Gallo Arung Liu,
We Gallo Arung Liu,
kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mangkona To Rao PajumpungaE,
tidak ada anaknya. Kemudian PajumpungaE kawin lagi dengan sepupu satu ayahnya
yang bernama We Nyili’timo Arung Baranti, anak dari La Panguriseng .
Arumpone La Tenri
Tappu yang tempat tinggalnya Rompegading dan Bone secara bergantian. Pada tahun
1812 M. ia meninggal dunia di Rompegading, maka dinamakanlah MatinroE ri
Rompegading. La Tenri Tappu To Appaliweng Daeng Palallo MatinroE ri Rompegading
digantikan oleh anaknya yang bernama La Mappasessu To Appatunru sebagai
Mangkau’ di Bone.