Raja Bone Ke-24 La Mappasessu To Appatunru
Posted by AndiEwha
La Mappasessu To
Appatunru Sultan Ismail Muhtajuddi Arung Palakka menggantikan ayahnya menjadi
Mangkau’ di Bone pada tahun 1812 M. Namun pelantikannya nanti pada tahun 1814
M. La Mappasessu To Appatunru dikenal banyak bersaudara, anak dari La Tenri
Tappu To Appaliweng MatinroE ri Rompegading dengan isterinya We Padauleng
MatinroE ri Sao Denrana.
Pada saat menjadi
Arumpone, Inggeris masuk memerintah menggantikan Belanda. Inggerislah yang
menyuruh Arung Mampu yang bernama Daeng Riboko untuk mengambil SudengE dan
segenap benda Kerajaan Gowa yang selama ini dipegang oleh Arumpone. Tetapi
Arumpone tetap mempertahankan segenap milik ArajangE ri Gowa karena memang
Arumpone punya niat untuk menjadi Arung di Gowa. Baik Arumpone La Tenri Tappu
maupun La Mappasessu anaknya, merasa memiliki hak untuk menjadi Karaeng di Gowa
karena memang adalah cucu dari KaraengE ri Gowa MatinroE ri Somba Opu. Apalagi
banyak sekali orang Gowa yang tinggal di pegunungan yang menyerahkan diri.
Oleh karena itu,
Arumpone La Mappasessu berkeras untuk menjadi Karaeng ri Gowa. Pada saat itu
belum ada yang jelas tentang Karaeng di Gowa. Bagi orang Gowa beranggapan bahwa
siapa saja yang memegang benda –benda Arajang, itulah yang dianggap sebagai
Karaeng ri Gowa. Walaupun telah dilantik sebagai Karaeng, tetapi tidak memiliki
benda-benda ArajangE ri Gowa, maka tidak bisa memerintah di Gowa.
Pembesar Inggeris yang
bernama Residen Philips menyuruh kepada Arung Mampu Daeng Riboko pergi menemui
Arumpone untuk minta agar benda-benda Kerajaan Gowa yang disimpan oleh Arumpone
La Tenri Tappu pada masa hidupnya dikembalikan ke Gowa. Tetapi Arumpone La
Mappasessu tetap mempertahankan untuk tidak memberikan SudengE dan segenap
benda-benda Kerajaan Gowa tersebut.
Karena Pembesar
Inggeris merasa tidak dipatuhi, maka direncanakanlah untuk menyerang Bone.
Arumpone saat itu berkedudukan di Rompegading dan Inggeris melakukan serangan
kepada Arumpone. Karena persenjataan Inggeris jauh lebih kuat, maka pada
akhirnya Arumpone kalah setelah Rompegading dibumi hanguskan. Arumpone La
Mappasessu serta seluruh keluarganya kembali ke Bone dan berkedudukan di Laleng
Bata. Adapun SudengE serta segenap benda-benda Kerajaan Gowa, Arumpone
menyerahkan kepada Datu Soppeng MatinroE ri Amala’na. Selanjutnya Datu Soppeng
MatinroE ri Amala’na yang memberikan kepada Arung Mampu untuk dilanjutkan
kepada Kompeni Inggeris.
Pada tanggal 4 Juni
1814 M. Kompeni Inggeris menyerahkan SudengE dan segenap benda-benda Kerajaan
Gowa kepada Bate SalapangE ri Gowa . Jenderal Perang Inggeris yang menyerang
Rompegading bernama Tuan Nightingale. Dalam tahun 1816 M. Gubernur Jenderal
Belanda kembali memerintah.
Dalam khutbah Jumat
nama Arumpone La Mappasessu To Appatunru disebut sebagai Sultan Muhammad Ismail
Mukhtajuddin. Inilah Arumpone yang kawin dengan sepupu dua kalinya yang bernama
We Bau Arung Kaju, anak dari We Rukiyah dengan suaminya yang bernama La Umpu
Arung Teko. Dari perkawinannya itu lahirlah anak perempuannya yang bernama We
Baego yang kemudian menjadi Arung Macege. Dalam tahun 1823 M. Arumpone La
Mappasessu To Appatunru meninggal dunia di Laleng Bata dan dinamakanlah
MatinroE ri Laleng Bata.
We Baego Arung Macege
kawin di Berru dengan Sumange’ Rukka To Patarai Arung Berru. Anak dari Arung
Berru To Appasawe dengan isterinya yang bernama We Hatija Arung Paopao. We
Hatija Arung Paopao adalah anak La Maddussila Karaeng Tanete dengan isterinya
yang bernama We Seno Datu Citta. We Baego Arung Macege dengan Sumange’ Rukka To
Patarai melahirkan pertama bernama We Pada Arung Berru, kedua bernama Singkeru’
Rukka Arung Palakka.
We Pada Arung Berru
kawin di Gowa dengan I Mallingkaang Karaeng Katangka. Dari perkawinannya itu
lahirlah; pertama bernama I Makkulawu Daeng Parani Karaeng Lembang Parang,
kedua bernama I Topatarai Karaeng Pabbundukang. Ketiga bernama I Togellangi
Karaeng Silajo, keempat bernama We Batari Daeng Marennu Arung Berru, kelima
bernama We Bau, keenam bernama We Biba Karaeng Bonto Masuji, ketujuh bernama
Magguliga Andi Bangkung Karaeng Popo, kedelapan bernama Butta Intang Karaeng
Mandalle, kesembilan bernama I Mangiruru Daeng Mangemba Karaeng Manjalling,
kesepuluh bernama We Sugiratu Andi Baloto Karaeng Tanete, kesebelas bernama
Sitti Haja Daeng Risanga, kedua belas bernama Sitti Rugaiya Karaeng Langelo,
ketiga belas bernama I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo.
Kembali kepada La
Makkulawu Daeng Parani Karaeng Lembang Parang. Inilah yang menjadi Karaeng ri
Gowa. La Makkulawu Daeng Parani kawin di Alitta dengan We Tenri Paddanreng atau
We Bunga Singkeru’ anak La Parenrengi Arumpone MatinroE ri Ajang Benteng dengan
isterinya yang bernama We Tenriawaru Besse Kajuara Arumpone MatinroE ri
Majennang Suppa. Dari perkawinannya itu lahirlah pertama bernama La Panguriseng
Bau Tode Petta Alitta, kedua bernama La Mappanyukki Datu Lolo ri Suppa.
La Panguriseng Petta
Alitta kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Seno Karaeng Lakiung.
Anak dari We Batari Arung Berru dengan suaminya I Mahmud Karaeng Baroanging. La
Panguriseng dengan We Seno melahirkan anak pertama bernama We Cella Karaeng
Lakiung, kedua bernama We Saripa Karaeng Pasi.
La Mappanyukki kawin
dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Maddilu Karaeng Bonto Masuji anak
dari I Sugiratu Andi Baloto Karaeng Tanete dengan suaminya yang bernama La
Parenrengi Karaeng Tinggimae. Namun tidak melahirkan anak dan We Maddilu
meninggal dunia. Kemudian La Mappanyukki kawin lagi dengan We Batasi anak
Gallarang Tombolo Bate SalapangE ri Gowa dengan isterinya yang bernama I
Cikopo. Dari perkawinan yang kedua itu lahirlah La Pangerang Arung Macege.
Selanjutnya La Mappanyukki kawin lagi di Massepe dengan We Besse Petta Bulo
anak dari La Saddapotto Addatuang Sidenreng dengan isterinya yang bernama We
Beda Addatuang Sawitto. Dari perkawinannya yang ketiga itu lahirlah Abdullah
Bau Massepe, We Rakiyah Bau Baco Karaeng Balla Tinggi dan terakhir bernama We
Bulaeng.
Karena Besse Bulo
meninggal dunia, maka La Mappanyukki kawin lagi dengan sepupu satu kalinya yang
bernama I Manenne Karaeng Balangsari anak dari I Magguliga Andi Bangkung
Karaeng Popo dengan isterinya yang bernama I Nako Karaeng Panakukang. Dari
perkawinannya itu, lahirlah We Tenri Pada Karaeng Lakiung, kedua bernama We
Saripa Karaeng Pasi.
I Mallingkaang Karaeng
Riburane di Wajo kawin dengan We Ninnong Ranreng Tuwa Wajo anak dari La
Mappanyompa Ranreng Tuwa Wajo Arung Ujung dengan isterinya yang bernama We Dala
Tongeng Arung Tempe. Dari perkawinan itu lahirlah pertama bernama We Manawara
Besse Tempe, kedua bernama Baharuddin Bau Akkotengeng Karaeng Mandalle, ketiga
bernama Mahmud, keempat bernama We Mudariah Karaeng Balangsari, kelima bernama
Hasan Karaeng Riburane, keenam bernama Sulaeman.
I Sugiratu Andi Baloto
kawin dengan La Parenrengi Karaeng Tinggimae anak dari I Manggabarani Karaeng
Mangeppe Arung Matowa Wajo dengan isterinya We Dala Wettoeng Karaeng Kanjenne.
Dari perkawinan itu lahirlah pertama bernama We Maddilu Daeng Bau, kedua
bernama We Seno Karaeng Lakiung.
We Maddilu kawin
dengan La Mappanyukki Datu Lolo ri Suppa, tidak melahirkan anak. Selanjutnya We
Seno kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama Kumala Karaeng Cenrapole.
Kemudian I Magguliga Andi Bangkung kawin dengan We Patima Banri atau We Banri
Gau Arung Timurung anak Singkeru’ Rukka Arung Palakka Arumpone MatinroE ri
Topaccing dengan isterinya yang bernama Sitti Saira Arung Lompu.Selanjutnya We
Banri Gau dengan I Magguliga Karaeng Popo melahirkan anak bernama We Sutera
Arung Apala, meninggal dunia diwaktu masih kecil. Kemudian Karaeng Popo kawin
dengan I Nako Karaeng Panakukang anak dari I Mappatunru Karaeng Riburane dengan
isterinya I Patimasang Daeng Ngasseng.
Karaeng Popo dengan I
Nako melahirkan anak bernama I Manenne Karaeng Balangsari Arung Makkunrai ri
Bone yang kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Mappanyukki.
We Batari Daeng
Marennu kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama I Mahmud Karaeng ri
Baroanging anak dari I Manginyareng Karaeng Lembang Parang dengan isterinya I
Woja Karaeng Balangsari. Dari perkawinan itu lahirlah pertama bernama I Jojjo
Kalamullahi Karaeng Lembang Parang Arung Berru, kedua bernama I Kumala Karaeng
Cenrapole, ketiga bernama We Seno Karaeng Lakiung, keempat bernama I Sari
Banong Karaeng Tanete Arung Berru, kelima bernama I Malingkaang Karaeng
Riburane.
I Jojjo Kalamullahi
kawin dengan We Ica Arung Manisang anak dari La Saddapotto Addatuang Sidenreng
dengan isterinya We Beda Addatuang Sawitto. Dari perkawinan itu lahirlah
seorang anaknya yang bernama La Saddapotto. Kemudian I Jojjo Kalamullahi kawin
lagi di Soppeng dengan We Selo anak dari La Pasanrangi Datu Taru dengan
isterinya yang bernama We Matta. Dari perkawinannya itu melahirkan anak yang
bernama We Tenri.
I Kumala Karaeng
Cenrapole kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Seno Karaeng Lakiung
anak dari I Sugiratu Andi Baloto Karaeng Tanete dengan sepupu dua kalinya yang
bernama La Parenrengi Karaeng Tinggi Mae. Dari perkawinan itu lahirlah pertama
bernama I Manggabarani, kedua bernama Singkeru’ Rukka, ketiga bernama Sumange’
Rukka Karaeng Mangeppe Arung Berru dan satu bernama We Oja, meninggal diwaktu
kecil.
We Seno Karaeng
Lakiung kawin dengan La Panguriseng Petta Alitta anak dari I Makkulawu
KaraengaE ri Gowa dengan isterinya We Cella Arung Alitta.
I Mangimangi Daeng
Matutu Karaeng Bontonompo kawin dengan We Kunjung Karaeng Tanatana anak dari I
Nyulla Daeng Tappa Manyoro Attabone dengan isterinya We Patimasang, cucu
Arumpone MatinroE ri Laleng Bata. Dari perkawinannya itu lahirlah pertama
bernama La Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang. Kedua seorang perempuan
bernama I Maisa Karaeng Rappocini dan ketiga seorang perempuan bernama I
Patimasang Karaeng Panaikang.
I Mangimangi Daeng
Matutu sewaktu dilantik sebagai Somba atau Karaeng ri Gowa –ripasekkori lalla
sipuwe pada tanggal 4 Januari 1937 ketika Tuan Boslaar sebagai Pembesar Kompeni
di Ujungpandang. Datang semua TellumpoccoE, LimaE Ajattappareng, PituE Babanna
Minanga, LimaE Massenrempulu, Cappa GalaE. Datang juga Sultan Butung.
La Ijo Daeng Mattawang
Karaeng Lalolang kawin dengan Daeng Tuji. Kawin juga dengan Daeng Ngai. Inilah
Karaeng ri Gowa dan Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan oleh Sukarno
dan Hatta.
Sampai disinilah
catatan tentang keturunan Arumpone MatinroE ri Laleng Bata. Adapun yang
menggantikan sebagai Mangkau’ di Bone adalah saudara perempuannya yang bernama
We Imaniratu Arung Data.