Raja Bone Ke-5 La Tenri Sukki
Posted by AndiEwha
Inilah Mangkau’ di
Bone yang diserang oleh Datu Luwu yang bernama Dewa Raja yang digelar Batara
Lattu. Mula-mula orang Luwu mendarat di Cellu dan disitulah membuat pertahanan.
Sementara orang Bone berkedudukan di Biru-biru.
Adapun taktik yang dilakukan oleh orang Bone adalah
memancing orang Luwu dengan beberapa perempuan. Pancingan ini berhasil
mengelabui orang Luwu sehingga pada saat perang berlangsung orang Luwu yang
pada mulanya menyangka tidak ada laki-laki, bersemangat menghadapi
perempuan-perempuan tersebut. Namun dari belakang muncul laki-laki dengan
jumlah yang amat banyak, sehingga orang Luwu berlarian ke pantai untuk naik ke
perahunya. Dalam perang itu orang Bone berhasil merampas bendera orang Luwu.
Setelah perang selesai, Arumpone dan Datu Luwu mengadakan
pertemuan. Arumpone mengembalikan payung warna merah itu kepada Datu Luwu,
tetapi Datu Luwu mengatakan ; ”Ambillah itu payung sebab memang engkaulah yang
dikehendaki oleh DewataE (Tuhan) untuk bernaung di bawahnya. Walaupun bukan
karena perang engkau ambil, saya akan tetap berikan. Apalagi saya memang
memiliki dua payung”. Mulai dari peristiwa itu , La Tenri Sukki digelar
MappajungE (memakai payung).
Selanjutnya La Tenri Sukki mengadakan lagi pertemuan dengan Datu
Luwu To Serangeng Dewa Raja dan lahirlah suatu perjanjian yang bernama ; Polo
MalelaE ri Unynyi (gencatan senjata di Unynyi).
Dalam perjanjian ini Arumpone La Tenri Sukki berkata kepada Datu
Luwu ; ”Alangkah baiknya kalau kita saling menghubungkan Tanah Bone dengan
Tanah Luwu”. Dijawab oleh Datu Luwu ; ”Baik sekali pendapatmu itu, Arumpone”.
Merasa ajakannya disambut baik,Arumpone berkata ; ”Kalau ada
yang keliru, mari kita saling mengingatkan – kalau ada yang rebah mari kita
saling menopang – dua hamba satu Arung – tindakan Luwu adalah tindakan Bone –
tindakan Bone adalah tindakan Luwu – baik dan buruk kita bersama – tidak saling
membunuh – saling mencari kebaikan – tidak saling mencurigai – tidak saling
mencari kesalahan – walaupun baru satu malam orang Luwu berada di Bone, maka
menjadilah orang Bone – walaupun baru satu malam orang Bone berada di Luwu,
maka menjadilah orang Luwu – bicaranya Luwu, bicaranya Bone – bicaranya Bone,
bicaranya Luwu – adatnya Luwu, adatnya juga Bone, begitu pula sebaliknya – kita
tidak saling menginginkan emas murni dan harta benda – barang siapa yang tidak
mengingat perjanjiannya, maka dialah yang dikutuk oleh Dewata SeuwaE sampai
kepada anak cucunya – dialah yang hancur bagaikan telur yang jatuh ke batu –”
Kalimat ini diiyakan oleh Datu Luwu To Serangeng Dewa Raja.
Perjanjian ini bernama ”Polo MalelaE ri Unynyi” karena terjadi di Kampung
Unynyi. Kemudian keduanya kembali ke negerinya.
Dimasa pemerintahan La Tenri Sukki, pernah pula terjadi
permusuhan antara orang Bone dengan orang Mampu. Pertempuran terjadi di sebelah
selatan Itterung, diburu sampai di kampungnya. Arung Mampu yang bernama La
Pariwusi kalah dan menyerahkan persembahan kepada Arumpone. Arung Mampu berkata
; ”Saya serahkan sepenuhnya kepada Arumpone, asalkan tidak menurunkan saya dari
pemerintahanku”.
Arumpone menjawab ; ”Saya akan mengembalikan persembahanmu dan
saya akan mendudukkanmu sebagai Palili (wilayah bawahan) di Bone. Akan tetapi
engkau harus berjanji untuk tidak berpikir jelek dan jujur sebagai pewaris harta
benda”. Sesudah itu, dilantiklah Arung Mampu memimpin kampungnya dan kembalilah
Arumpone ke Bone.
La Tenri Sukki menjadi Mangkau’ di Bone selama 20 tahun,
akhirnya menderita sakit. Dikumpulkanlah seluruh orang Bone dan menyampaikan ;
”Saya sekarang dalam keadaan sakit, apabila saya wafat maka yang menggantikan
saya adalah anakku yang bernama ; La Uliyo”. Setelah pesan itu disampaikan, ia
pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Anak La Tenri Sukki dari isterinya We Tenri Songke, adalah ; La
Uliyo Bote’E kawin dengan sepupunya yang bernama We Tenri Wewang DenraE, anak
saudara kandung La Tenri Sukki yang bernama We Tenri Sumange’ dengan suaminya
yang bernama La Tenri Giling Arung Pattiro MaggadingE. Dari perkawinan ini
lahirlah La Tenri Rawe BongkangE, La Inca, We Lempe, We Tenri Pakkuwa. Selain
La Uliyo, ialah ; We Denra Datu, We Sida (tidak disebutkan dalam lontara’ yang
digulung).
We Sida Manasa kawin dengan La Burungeng Daeng Patompo, anak
dari La Panaongi To Pawawoi Arung Palenna dari isterinya yang bernama We
Mappasunggu. Dari perkawinan ini lahirlah anak laki-laki yang bernama La Paunru
Daeng Kelli.