Raja Bone Ke-6 La Ulio Bote’e
Posted by AndiEwha
La Uliyo Bote’E menggantikan ayahnya La Tenri Sukki sebagai
Mangkau’ di Bone. Digelar Bote’E karena dia memiliki postur tubuh yang subur
(gempal). Konon sewaktu masih kanak-kanak ia sudah kelihatan besar dan kalau
diusung, pengusung lebih dari tujuh orang.
La Uliyo dikenal suka menyabung ayam, kawin dengan We Tenri
Wewang DenraE anak Arung Pattiro MaggadingE dengan isterinya We Tenri Sumange’.
Arumpone inilah yang pertama didampingi oleh Kajao Laliddong.
Dia pulalah yang mengadakan perjanjian dengan KaraengE ri Gowa yang bernama
Daeng Matanre. Dalam perjanjian tersebut dijelaskan Sitettongenna SudengngE –
Lateya Riduni di Tamalate ;
”Kalau ada kesulitan Bone, maka laut akan berdaun untuk dilalui
oleh orang Mangkasar. Kalau ada kesulitan orang Gowa, maka gundullah gunung
untuk dilalui orang Bone. Tidak saling mencurigai, tidak saling bermusuhan Bone
dengan Gowa, saling menerima dan saling memberi, siapa yang memimpin Gowa,
dialah yang melanjutkan perjanjian ini, siapa yang memimpin Bone dialah yang
melanjutkan perjanjian ini sampai kepada anak cucunya. Barang siapa yang
mengingkari perjanjian ini, pecahlah periuk nasinya – seperti pecahnya telur
yang jatuh ke batu”.
Arumpone inilah yang mengalahkan Datu Luwu yang tinggal di Cenrana.
Pada masa pemerintahannya pulalah Bone mulai dikuasai oleh Gowa. Dalam lontara’
dijelaskan bahwa KaraengE ri Gowa duduk bersama Arumpone di sebelah selatan
Laccokkong.
Pada saat itu antara orang Bone dengan orang Gowa saling
membunuh. Kalau orang Gowa yang membunuh, maka Arumpone yang mengurus
jenazahnya. Begitu pula kalau orang Bone yang membunuh, maka KaraengE ri Gowa
yang mengurus jenazahnya. Arumpone ini pula yang menemani KaraengE ri Gowa
pergi meminta persembahan orang Wajo di Topaceddo.
Setelah genap 25 tahun menjadi Mangkau’ di Bone, dikumpulkanlah
seluruh orang Bone. Setelah semuanya berkumpul, disampaikanlah bahwa ; ”Saya
akan menyerahkan Akkarungeng ini kepada anakku yang bernama La Tenri Rawe”.
Mendengar pernyataan Arumpone tersebut, seluruh orang Bone setuju. Maka
dilantiklah anaknya menjadi Arumpone. Acara pelantikan itu berlangsung meriah
selama tujuh hari tujuh malam.
Karena kedudukannya sebagai Arumpone telah diserahkan kepada
anaknya, maka La Uliyo Bote’E hanya bolak balik antara isterinya di Bone dengan
isterinya di Mampu.
La Uliyo Bote’E pernah memarahi kemenakannya yang bernama La
Paunru dengan sepupunya yang menjadi Arung Paccing yang bernama La Mulia.
Keduanya pergi meminta bantuan kepada Kajao Laliddong agar diminta maafkan.
Tetapi sebelum rencana itu terlaksana, La Uliyo Bote’E pergi ke Mampu untuk
menyabung ayam. Tiba-tiba ia melihat kemenakannya dan sepupunya membuat hatinya
semakin dongkol. Ia pun segera kembali ke Bone.
La Paunru dan La Mulia berpendapat lebih baik kita menyerahkan
diri kepada Kajao Laliddong di Bone untuk selanjutnya diminta maafkan kepada
Bote’E. Makanya setelah Bote’E meninggalkan Mampu, keduanya mengikut dari
belakang.
Setelah sampai di Itterung, La Uliyo Bote’E menoleh ke belakang,
dilihatnya La Paunru bersama La Mulia berjalan mengikutinya. Karena disangkanya
La Paunru dan La Mulia berniat jahat terhadapnya, maka ia pun berbalik
menyerangnya. La Paunru dan La Mulia walaupun tidak bermaksud melawan, namun
karena terdesak oleh serangan La Uliyo akhirnya keduanya terpaksa melawan.
Dalam perkelahian tersebut, baik La Paunru maupun La Uliyo tewas di tempat,
sedangkan La Mulia dibunuh oleh orang yang datang membantu La Uliyo.Sejak itu,
digelarlah La Uliyo Bote’E MatinroE ri Itterung.
Adapun anak La Uliyo Bote’E dari isterinya yang bernama We Tenri
Wewang DenraE, adalah La Tenri Rawe BongkangE. Inilah yang menggantikannya
sebagai Mangkau’ di Bone. La Tenri Rawe kawin dengan We Tenri Pakiu Arung
Timurung MaccimpoE.
Anak berikutnya adalah La Inca, dialah yang menggantikan
saudaranya menjadi Mangkau’ di Bone. La Inca kawin dengan janda saudaranya, We
Tenri Pakiu Arung Timurung MaccimpoE.
Anaknya yang berikut, We Lempe yang kawin dengan sepupu dua
kalinya yang bernama La Saliwu Arung Palakka, anak dari We Mangampewali I Damalaka
dengan suaminya La Gome. Dari perkawinan ini lahirlah La Tenri Ruwa Arung
Palakka MatinroE ri Bantaeng.
Selanjutnya We Tenri Pakkuwa, kawin dengan La Makkarodda To
Tenri Bali Datu Mario. Sesudah We Tenri Pakkuwa adalah We Danra MatinroE ri
Bincoro. Tidak disebutkan turunannya dalam lontara’
Adapun anak La Uliyo Bote’E dari isterinya yang bernama We Tenri
Gau Arung Mampu adalah We Balole I Dapalippu. Inilah yang kawin dengan paman
sepupu ayahnya yang bernama La Pattawe Arung Kaju MatinroE ri Bettung, anak
dari saudara La Tenri Sukki MappajungE yang bernama La Panaongi To Pawawoi
Arung Palenna dengan isterinya We Tenri Esa’ Arung Kaju.
Sesudah We Balole adalah Sangkuru’ Dajeng Petta BattowaE Massao
LampeE ri Majang. Dia digelar pula sebagai Arung Kung, tidak disebutkan
keturunannya dalam lontara’.